Kiki's photo album

Kamis, 14 Februari 2013

Menelusuri jejak manusia perahu di pulau Galang, Batam


Tujuan utama para wisatawan ke Batam biasanya  adalah untuk berbelanja elektronik murah karena bebas pajak, tidak seperti harga elektronik di Jakarta yang harganya lebih mahal. Terus banyak juga yang belanja tas, ikat pinggang, dompet KW dari KW satu hingga super.

Salah satu mall yang terkenal di batam adalah mall Nagoya, banyak terdapat toko-toko yang menjual tas . sepatu, dompet dangan harga yang miring. Karena keterbatasan waktu, saya hanya sempat ke mall Nagoya.

Berdasarkan rekomendasi teman yang  sudah pernah ke Batam, akhirnya demi mengisi kekosongan waktu seharian sebelum flight kembali ke Jakarta, pergilah saya ke pulau Galang, jaraknya 1 jam perjalanan dari pusat kota.

Jembatan Barelang

Sebelum ke pulau Galang kita melewati jembatan Barelang. Jembatan Barelang = Batam, Rembang, pulau Galang, dibuat oleh bapak Ing. BJ Habibie Tahun 1995. Jembatan ini menghubungkan 3 pulau yaitu, Batam, Rembang, dan pulau Galang. Jembatan yang bagus ini merupakan trademark kota Batam. Banyak pula wisatawan dari daerah yang sengaja pergi ke sana hanya untuk berfoto di atas jembatan dengan view menghadap ke lautan yang indah.





Vietnam refugees camp di pulau Galang

Pulau Galang, dulu pernah menjadi salah satu pulau yang sering muncul di berita, dimana merupakan tempat pelarian para manusia perahu, yaitu warga negara Vietnam yang melarikan diri dari kekejaman perang Vietnam dengan mengarungi lautan cina selama berbulan-bulan dalam perahu yang kecil dan berjejal-jejalan dengan banyak orang, hingga akhirnya mereka yang survive bisa selamat mendarat di Batam, demi mencari kebebasan. Karena saking banyaknya para pelarian perang ini, hingga akhirnya oleh pemerintah setempat dibuatkanlah suatu perkampungan khusus di pulau Galang yang dirasa cocok. Para manusia perahu menenggelamkan kapal yang dipakai karena tidak ingin dikembalikan ke Vietnam. Bahkan ada beberapa yang bunuh diri karena tak sanggup apabila dideportasi kembali ke Vietnam. Terus terang saja saya agak merinding ketika memasuki bekas perkampungan Vietnam yang sudah kosong ini. Karena sesudah perang Vietnam berakhir, para pelarian perang ini diterbangkan kembali ke Vietnam, sehingga perkampungannya kosong dan hanya meninggalkan jejak kehidupan mereka di sana yang sekarang masih dipertahankan oleh Pemda setempat yang merupakan saksi bisu sejarah kekejaman perang Vietnam dan hingga akhirnya saat ini dijadikan tempat wisata yang merupakan salah satu daya tarik utama di pulau Batam. Selesai berkeliling saatnya mencari makan siang.







Menurut referensi teman, katanya di ujung pulau ada restoran seafood yang terkenal enak. Sampailah kami di sana. Ternyata porsi makanannya luar biasa banyak, dan hanya membayar Rp 200,000.-, padahal porsinya cukup untuk 4 orang. Amoy pemilik restoran menawarkan untuk menyebrang kapal ke cottage-nya dia di pulau sebrang yang jaraknya hanya 5 menit saja naik perahu motor. Tentu saja saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Walau Cuma sebentar karena takut ketinggalan pesawat (lagi). Jadinya saya tidak explore suluruh pulau. Cottagenya lumayan bagus dan fasilitas untuk banana boat, kayaking, snorkeling juga ada. Operator Divingnya juga ada. Terumbu karang di sana masih bagus, visibilitynya juga bagus, dan tidak berombak kaena banyak pulau-pulau kecil di sana. Cottagenya berupa 5 bangunan rumah panggung di atas laut. Saat itu penuh oleh rombongan orang Singapore. Harga sewa cottage Rp 450,000.- / untuk 2 hari, 2 kali makan dan 1 kali sarapan. Sedangkan kalau tidak ingin menginap / snorkeling saja juga bisa dengan membayar Rp 100,000.-. Kalau mau snorkling cukup membayar Rp 50,000.- untuk 3 jam. Kalau diving , hanya untuk yang punya sertifikat menyelam, harganya Rp 450,000.-. Kalau diving discovery, biayanya rp 800,000.-. Di sana juga ada penyewaan alat snorkel dan tabung.



Budget selama di Batam.

Tiket masuk ke Vietnam refugees camp di pulau Galang : Rp 10,000.-/ orang.

Sewa taksi ke pulau Galang Rp 300,000

Sewa hotel di hotel Andi (Bengkong) rate high season = Rp 250,000.- / double bed

Seafood di resto Pondok Indah Jaya di pulau Galang = Rp 200,000.-/ porsi untuk 4 orang.

Kepiting 0.5 kg  = Rp 70,000.-

Udang kipas jumbo  0.5 kg = Rp 70,000.-

Sayur Baby kalian seporsi = Rp 30,000.- ( mahal bo )

Es kelapa muda batok = Rp 10,000.-

Saya makan berdua sama driver Cuma habis Rp 200,000.-, karena nggak kuat ngabisin saking banyaknya akhirnya tak bungkus bawa pulang. Seafoodnya enak , lezat dan murah.

Oleh-oleh

Kue Bingka Bakar  (di airport ) = Rp 25,000.-

Airport tax di bandara Hang Nadim = Rp 30,000.-

Taksi dari bandara ke kota = Rp 70,000.-

Nasi + rendang + perkedel + teh manis hangat ( warung Padang) = Rp 18,000.-

Makan mpek-mpek di Nagoya mall = Rp 36.000.-

Taksi dari Hotel – Nagoya mall = Rp 20,000.-


Singapore day 1


-       










Panda show
Sudah sampe sana jauh2, eh ternyata udah full, karena kapasitas tempat dibatasi. Jadi kalo mau ke sana mending datang pagi-pagi biar bisa masuk




    












Singapore Art Museum
Karena masuknya bayar akhirnya nggak jadi masuk (pecinta gratisan mode on)













Singapore National Museum




-        










Canning hill
Merupakan bukit di tengah kota yang merupakan hutan kecil. Di sana terdapat beberapa tanaman spices yang berasal dari Maluku , Indonesia yang dipakai untuk bumbu masak dan dipergunakan sebagai obat tradisional seperti biji pala (Magnut))


Singapore day 2

-         New Year Eve at Marina Bay
-         Firework
-      All artist performances by Sheila Majid (Malay), Taufik B ( Sing), MIB (Korea), Jersey Boys (USA), Girlband from Korea
-         Entrance fee = 24 SGD

Tidak boleh membawa makanan dan minuman ke dalam venue, bahkan coklat Cadbury untuk oleh-oleh pun disita (hiks ! ).

Bawa payung dan jas hujan, karena kemarin hujan semalaman (musim hujan).

Sebenarnya gara2 ketinggalan feri ke Batam dari Singapur akhirnya nginep sehari di Batam, akhirnya jalan2 keliling Batam deh...







Kamis, 07 Februari 2013

Motor Touring di Selatan Lombok dan Gili Petelu yang mempesona di Lombok Timur

Dalam rangka hunting tiket promo Batavia Rp 88,000.- ( 3 minggu sebelum Batavia dinyatakan pailit, hiks) untuk semua tujuan, kami para member Detik Community Travellers terbang ke Lombok. Peserta trip kali ini kesebelasan, 11 orang (kaya MLM, member get member)  3 orang dari Jakarta , 2 dari Banjarmasin, 1 dari Makassar , 3 dari Surabaya,1 dari Malang , 1 dari Bali. Kami sampai di Bandara Internasional Lombok (BIL) malam hari. Rupanya cuaca di sini cukup bagus, tidak seperti Jakarta yang lagi kena efek badai Narella sehingga hujan turun terus menerus dan Gili-Gili yang jalur penyebrangannya ditutup karena ombaknya tinggi. Kedatangan kami disambut oleh driver dari Segare Anak Bungalow yang membawa selembar kertas bertuliskan nama saya. Saat itu juga banyak sekali orang di BIL yang katanya menjemput rombongan TKI dari Malaysia (dah kaya jemput artis ibukota di bandara).


Sekitar 3 tahun yang lalu saya pernah melewati BIL. Saat itu bandara tersebut baru dibangun. Nyaris belum ada kehidupan di sana. Bahkan pak supir pun mengeluh karena lokasi bandara yang jauh dari Selaparang. Tapi saat ini kawasan di sana sudah mulai ramai. Rupanya maksud dibuatnya bandara di Praya adalah untuk memajukan daerah Selatan Lombok. Saat naik ke mobil jemputan dari hotel, langsung disambut oleh lagu "Lombok itu indah" yang rupanya merupakan lagu "wajib" di semua mobil travel. Karena susah mencari tempat makan khas Lombok, akhirnya kami makan di warung makan nasi Puyung , Rp 15,000.-, yang tepat berada di samping pertamina depan BIL. Selesai makan langsung meluncur ke Segara Anak bungalow yang berlokasi di Kuta, sekitar 20 menit dari BIL. Sampai penginapan, pembagian kamar, lalu langsung koordinasi untuk itinerary keesokan harinya. Kami akan sewa 6 motor matic, karena rute dan jarak tempuhnya memungkinkan. Setelah dikonfirmasi malam itu juga sewa motor di penginapan, setelah itu kami beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk esok pagi.

kamar di Segare Anak Bungalow











Keesokan paginya sambil sarapan kami ambil peta yang disiapkan di penginapan , lalu mengatur rute dan menghitung waktu tempuh. Setelah isi bensin dan isi angin ban motor, kami pun siap tempur.

Date Day Time Itinerary
11-Jan Fri

2030 Arrival LOP
Private transfer Praya - Homestay
2359 O/N at Kuta (airport - Kuta = 20 mnt )
12-Jan Sat 0600 Kuta beach
0700 Breakfast 
0800 Off to Mawun beach
1100 Off to Selong Belanak beach
1145 Lunch /ishoma
1500 Off to Seger beach
1800 Off to homestay
13-Jan Sun 0700 Breakfast at hotel
0800 Off to Pink (Tangsi) & Sebui beach, Gili Petelu
1300 Off to Tanjung Ringgit
1700 Off to Segarere
1800 Off to desa Sade
















Rute dari Kuta menuju pantai Mawun, jalanannya sangat hancur. Baru mulai jalan langsung dihajar jalanan hancur yang ekstrim. Bahkan salah satu motor yang dikendarai Felly dan Dian jatuh terguling pas di tanjakan Kuta yang rusak parah karena Felly tidak biasa naik motor matic. Untungnya tidak ada yang terluka parah dan motor tidak rusak. Para wanita perkasa dengan digawangi tiga pria yang jadi tim sapu bersih, terus melanjutkan perjalanan. Melewati beberapa spot pemandangan yang bagus, dan langsung menyiapkan kamera dan mulai jeprat-jepret.


 

Akhirnya sampailah kami di pantai Mawun. Pantai Mawun letaknya sedikit tersembunyi. Untungnya ada papan nama yang jelas terlihat di pinggir jalan. Jalan masuknya yaitu  jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh motor. Di ujung jalan sebelum bibir pantai terlihat beberapa rumah kayu sederhana yang ada tempat parkiran motor. Pantai Mawun benar-benar pantai yang private, di sana sepi sekali, hanya ada beberapa rumah penduduk. Kebetulan saat itu juga tidak ada pengunjung lain selain kami bersebelas.  Pantainya bersih, pasirnya putih, tapi pantainya tidak luas. Saat kami hendak berfoto bersama spanduk Detik Community Travellers, tragedi pun terjadi lagi. Air laut yang tadinya surut tiba-tiba menerjang tripod kamera andalan si Micky yang berada di tempat tinggi di bibir pantai, hingga akhirnya kameranya terjun bebas ke laut dan langsung mati total. Ketika hendak melanjutkan perjalanan ke pantai Mawi, setelah semua motor berangkat, Micky tidak berhasil menemukan kunci motor, karena masih galau akibat kameranya nyemplung ke laut. Walhasil sempat cari-carian lumayan lama karena takutnya jatuh di pantai. Eh nggak taunya kuncinya ada di dalam tas kameranya.




Kami segera melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya in the middle of nowhere, tragedi berikutnya terjadi lagi. Ban dalam motor Indhry + Dita tiba-tiba kempes.

Press ban in the middle of nowhere
Sepertinya akibat jalanan jelek yang tidak rata. Akhirnya kami sempat berhenti lama dan mencari tukang tambal ban terdekat yang tentu saja agak susah nyarinya di kampung yang sepi itu. Karena menambal ban lumayan makan waktu lama, akhirnya kami melewatkan pantai Mawi dan langsung menuju pantai Selong Belanak. Pantai Selong Belanak recommended untuk pantai surfing. Banyak peselancar lokal maupun bule yang berselancar di sana. Bentuknya seperti teluk kecil, pasirnya putih halus. Pantainya jauh lebih luas daripada Mawun, dan agak lebih ramai. Sayangnya fasilitas seperti toilet dan rumah makan masih jauh dari layak. Kami makan siang di sana dengan menu nasi campur ala kadarnya, Rp 10,000.-/ porsi.



Perjalanan selanjutnya menuju pantai Seger.  Rute pergi ke Mawun berbeda dengan rute pulang. Rute pulang melalui Praya yang beraspal bagus, sehingga lancar jaya. Dari Kuta ke pantai Seger jaraknya dekat. Masih satu garis pantai. Pantainya seperti teluk. Di sana ada bukit yang hijau seperti bukit rumahnya Teletubbies. Kami naik ke puncak bukit untuk melihat sunset terbenam. Ternyata di balik bukit terdapat sawah di pinggir laut. Pemandangannya bagus sekali. Sayangnya saat itu cuaca berawan, sehingga tidak ada sunset. tadinya kami mau lihat sunset di Tanjung Aan, namu karena jaraknya 1 jam perjalanan dari Seger, dan jalan kesana juga rusak parah, sehingga batal ke sana. Menjelang magrib kami pun turun dari bukit karena takut hujan dan turunnya licin.












Sampai di penginapan kami langsung berendam ramai-ramai di kolam renang. Betapa segarnya. Untungnya seharian kami naik motor cuaca sangat mendukung, mendung tapi tidak hujan dan tidak terlalu panas. Kami mencari tempat makan malam di sekitar kuta dan menemukan resto Friendly cafe, di pinggir pantai, tak jauh dari penginapan. Resto yang full music dengan menu yang lumayan enak untuk ukuran di sana, karena nampaknya tidak ada saingan lain. Daerah Kuta benar-benar masih perawan, belum banyak tersentuh oleh modernisasi pariwisata seperti di daerah Mataram yang lebih ramai. Turis yang datang rata-rata bule, sehingga kami pun sering kali dikira turis asing juga. Karena banyak terjadi tragedi dengan motor, kami memutuskan untuk sewa 2 mobil saja esok hari.

Keesokan harinya setelah sarapan kami bagi 2 rombongan dalam 2 mobil. di mobil APV dengan supir namanya pak Andi, penumpangnya : Bukanradja, Candra, Laili, Felly, Indhry dan saya. Di mobil kijang : Delila, Irma, Dian, Ditadan Micky. Rupanya ketika kami sebutkan Pink beach, pak Andi dan temannya tidak tahu lokasinya ada di mana. Hanya berbekal informasi bahwa Pink beach berada 1 km dari Tanjung Ringgit, karena Pink beach tidak ada di google map. Rupanya keputusan kami untuk sewa mobil sangat tepat, karena jalan menuju Tanjung Ringgit itu kurang lebih 2 jam perjalanan, dengan kondisi jalan yang sama hancurnya dengan rute ke pantai Mawun. Kalau naik motor sendiri pasti nyasar, karena jarang ketemu dengan orang yang bisa ditanya arah jalan. Kami melewati teluk Awang dimana viewnya sangat cantik, sehingga turun dulu untuk foto-foto.


Lalu melewati desa Jerowaru. Setelah nanya sana-sini, baru ada yang tau lokasi Pink beach. Penduduk sana menyebutnya Fink beach. Lokasinya sama dengan arah menuju Tanjung Ringgit yang lebih terkenal. Pink beach memang belum banyak yang tahu, karena akses ke sana yang masih jelek.Setelah nyaris putus asa karena belum menemukan penunjuk arah ke Pink beach, akhirnya kami menemukan papan penunjuk arah yang bertuliskan Fink beach. Rupanya lokasi Fink beach ini berada di balik bukit yang terjal. Akses ke sana jalan berbatu yang hancur, namun syukurnya masih bisa dilalui dengan mobil APV dan kijang sewaan kami. Fink beach rupanya warna pasirnya tidak pink-pink amat ketika siang hari. Ketika sampai di pinggir pantai fink beach, saat itu ramai sekali oleh pengunjung. Bahkan ada tukang es krim segala.

Sedikit kecewa dengan terlalu ramainya orang sehingga pantainya tidak terasa privat, saya pun meminta  supaya Candra nanya harga sewa boat ke pulau Sebui ke tukang perahu di pinggir pantai. Setelah deal, kami segera naik boat dan 10 menit kemudian sampai di Sebui. Tapi ternyata kami sempat kecewa, Sebui tidak seindah yang saya bayangkan dari referensi yang saya baca dari blog orang. Hanya ada dermaga kecil yang kumuh di sana dan langsung menghadap laut dalam, alias tidak berpantai. Kami pun segera putar haluan dan mencari peruntungan dapat menemukan pulau yang privat dan berpantai bagus. Perahu kami  mendekati pulau terdekat, dan rupanya kami tidak kecewa. Namanya pulau Tiga alias Gili Petelu. Pulaunya kecil sekali, dengan karang-karang yang tajam ketika diinjak oleh kaki telanjang saya. Tidak ada bangunan apapun di sana. Untungnya ada tangga naik ke atas bukit untuk naik ke atas. Adanya surga itu benar adanya. View dari puncak bukit Gili Petelu sangat cantik. Gradasi warna air laut yang biru bercampur warna koral kehijauan sungguh menyejukkan mata. Karang bolong di pinggir pantai  memecah ombak yang datang dari segala penjuru, ternyata merupakan spot yang sangat asyik untuk bermain dengan ombak. Segera saja kami semua terjun ke laut dan bercengkrama dengan ombak yang datang bergulung-gulung, namun tidak terlalu besar. Sebisa mungkin berenang menjauhi karang bolong karena takut terbawa ombak dan kehantam karang yang tajam. Rasanya seperti bermain di kolam ombak Atlantis di Ancol. Cuma bedanya ini di lautan lepas, bukan di kolam. Viewnya sungguh cantik dan ciamik. Sungguh tidak menyesal saya merekomendasikan tempat ini ke teman-teman, karena benar-benar seperti pulau dan pantai milik pribadi. Namun kesenangan kami mesti berakhir, karena tak lama kemudian datanglah perahu lain yang ikut-ikutan melipir ke pulau Tiga. The fun is over. Perahu kami segera berlabuh dan meninggalkan Gili Petelu yang indah dan eksotis, one of  the hidden paradise in  Lombok.











Sampai di Fink beach 10 menit kemudian, kami langsung bergegas menuju Tanjung Ringgit tanpa ganti baju lebih dahulu, karena berharap bisa berenang di sana juga. Lokasi tanjung Ringgit hanya 1 km dari Fink beach. Tanjung Ringgit merupakan Tanjung di ujung timur Lombok, berupa tebing tinggi yang menyerupai kepala komodo, yang menjadi centre keindahan tempat ini. Dari pinggir tebing kelihatan pulau Sumbawa nun jauh di sebrang sana. Viewnya tebingnya sangat indah, mirip seperti Uluwatu di Bali. Deru ombak bergulung memecah menghantam pinggir tebing. Cuma sayangnya karena sekelilingnya yang ada hanya tebing tinggi, tidak ada pantai yang landai, sehingga tidak bisa berenang di sana. Ada beberapa peninggalan zaman Jepang seperti goa Jepang dan menara pandang. Cuma karena kami sudah tidak bisa menahan rasa lapar, kami segera pergi dari sana dan mencari tempat makan di Jerowaru. Namun ketika mobil hendak bertolak, lagi - lagi terjadi masalah, mobil kijang yang ditumpangi Micky dkk ternyata tiba-tiba mogok ketika hendak mendaki, dan nyaris terjun ke jurang, rupanya meteran bensinnya rusak. Akhirnya sedot bensin dari mobil kami.












 
Sehabis makan dan ganti baju kami melanjutkan perjalanan ke desa Sukarare, yaitu merupakan desa penenun kain Lombok yang cantik. Beberapa dari kami membeli kain tenun yang cantik untuk oleh-oleh dan belajar menenun kain dan berpose mengenakan pakaian tradisional Lombok.



 

Tujuan terakhir adalah desa Sade suku Sasak. Lokasinya yang berada di pinggir jalan antara BIL dan Kuta mudah sekali ditemukan. Kami mengunjungi salah satu rumah tertua di sana, dan masuk ke dalamnya dengan dipandu oleh guide lokal. End of journey.


Info Umum:
- Sewa Penginapan di  http://www.segaraanakbungalow.com/ : 250K / malam
- Xtra Bed : 50K
- Transport Bandara PP : 40K/ org ( 100K/ mobil khusus antar jemput bandara)
- Sewa motor: 50K (matic/non)
- Sewa mobil : 500K (nett)
- Parkir Motor: 2K
- Sewa Perahu @ Pink Beach : 100K utk 9 org
Urunan Tim :
370K x 11 org = 4,070K
150K x 11 org = 1,650K
150K x 11 org = 1,650K
4,070K + 1,650K + 1,650= 7,370K

Sewa Penginapan:{(250K x 3 kmr x 3 mlm)+ (50K x 3 kmr x 3 mlm)+ (225K x 1 kmr x 3 mlm)}
= 3,375K (* 1kmr non tv

Transport bandara PP: 400K (2mobil, 11org)
Makmal @ bandara = 192K
Aqua 1L, 12 pcs = 60K
Sewa Motor: 50K x 6 unit = 300K
Isi Bensin + Angin: 60K + 10K = 70K
Maksi @ Selong Belanak : 173K
Parkir Motor @ Mawun, Selong, Seger : 2K x 6 x 3 = 36K ;
Makmal @ Kuta : 515K
Sewa 2 Mobil : 1,000K
Sopir 2 org : 200K (sukarela)
Minum + Snack : 78 K
Sewa Perahu : 150K
Maksi @ Minarasa : 371K
Guide Ds. Sade : 30K (sukarela)
Makmal @ Kuta : 305K
Tips Sopir ke Bandara : 50K
Sarapan @ bandara : 65K

Saldo:
7,370K - (3,375K + 400K + 192K + 60K) + (300K + 70K + 173K + 36K + 515K) + (1,000K + 200K + 78K + 150K + 371K + 30K + 305K) + ( 50K + 65K) = 0K

Total biaya per-orang : 670K