Kiki's photo album

Minggu, 16 Agustus 2015

Sensasi Motor Touring di Lombok Selatan


Saya bersama 11 orang teman-teman dari komunitas jalan-jalan, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, berencana pergi ke Lombok dan  mau menghabiskan waktu selama 2 hari 3 malam di sana. Sekitar 3 tahun yang lalu saya pernah melewati Bandara Internasional Lombok ( BIL ) pada kedatangan pertama saya ke Lombok. Saat itu bandara tersebut baru dibangun. Nyaris belum ada kehidupan di sana. Bahkan pak supir pun mengeluh karena lokasi bandara yang sangt jauh dari bandara Selaparang. Tapi saat ini kawasan tersebut sudah mulai ramai. Rupanya maksud dibuatnya bandara baru di Praya adalah untuk memajukan daerah Selatan Lombok. Saat naik ke mobil jemputan dari hotel, langsung disambut oleh lagu "Lombok itu indah" yang rupanya merupakan lagu wajib di semua mobil travel di Lombok. Karena belum makan malam, kami semua kelaparan. Selesai makan langsung meluncur ke penginapan  yang berlokasi di pantai Kuta, sekitar 20 menit dari BIL. Sampai penginapan ada pembagian kamar, lalu kami langsung koordinasi untuk kepastian itinerary selama 2 hari di Lombok. Karena ingin merasakan petualangan di Lombok dengan sensasi yang berbeda, maka kami memutuskan akan menyewa  6 motor matic untuk mengunjungi pantai-pantai di sepanjang garis pantai Lombok Selatan ini. Karena kami telah mempelajari rute, keamanan dan jarak tempuhnya yang memungkinkan untuk ditempuh dengan motor. Konvoi beramai-ramai tentunya terasa lebih seru dan mengasyikkan. Malam itu juga kami langsung sewa motor di penginapan, supaya besok pagi bisa langsung berangkat tepat waktu. Kami pun segera beristirahat, menyiapkan tenaga untuk esok hari.

Keesokan harinya sehabis sarapan pagi, kami mengambil peta Lombok yang boleh diambil secara cuma-cuma di penginapan, untuk dijadikan pedoman petunjuk jalan. Setelah mengisi bensin dan angin ban motor, kami siap tempur. Berikut adalah itinerary yang sudah saya buat.

Date
Day
Time
Itinerary
11-Jan
Fri


2030
Arrival LOP

Private transfer Praya - Homestay
2359
O/N at Kuta (airport - Kuta = 20 mnt )




12-Jan
Sat
0600
Kuta beach
0700
Breakfast 
0800
Off to Mawun beach
1100
Off to Selong Belanak beach
1145
Lunch /ishoma
1500
Off to Seger beach
1800
Off to homestay




13-Jan
Sun
0700
Breakfast at hotel
0800
Off to Pink (Tangsi) & Sebui beach, Gili Petelu
1300
Off to Tanjung Ringgit
1700
Off to Segarere
1800
Off to desa Sade





Rute dari pantai Kuta menuju pantai Mawun jalanannya benar-benar off road. Ketika kami baru mulai jalan beberapa km, tiba-tiba motor yang dikendarai Felly dan Dian jatuh terguling di tanjakan yang berlubang cukup dalam, karena Felly tidak biasa mengendarai motor matic. Untungnya tidak ada yang terluka parah dan motor tidak mengalami kerusakan. Sepanjang perjalanan menuju pantai-pantai tujuan, mata kami banyak dimanjakan oleh pemandangan indah di kiri dan kanan jalan. Saking banyaknya spot yang bagus, akhirnya kami sering berhenti untuk mengambil foto.

Akhirnya sampailah kami di perhentian pertama yaitu pantai Mawun. Pantai Mawun letaknya sedikit tersembunyi. Untungnya ada papan nama yang jelas terlihat di pinggir jalan. Jalan masuknya adalah  jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh motor. Di ujung jalan sebelum bibir pantai, terlihat beberapa rumah kayu sederhana yang ada tempat parkiran motor. Pantai Mawun benar-benar pantai yang private, di sana sepi sekali, hanya ada beberapa rumah penduduk. Saat itu tidak ada pengunjung lain selain kami bersebelas.  Walau pantainya tidak terlalu luas, tetapi cukup bersih, dengan pasir pantai yang berwarna putih. Saat kami hendak berfoto bersama spanduk yang kami bawa, tragedi pun terjadi lagi. Air laut yang tadinya surut tiba-tiba datang menerjang tripod kamera andalan si Micky yang berada di tempat tinggi di bibir pantai, hingga akhirnya kameranya terjun bebas ke laut dan langsung mati total. Ketika hendak melanjutkan perjalanan ke pantai Mawi, setelah semua motor sudah berangkat, tiba-tiba Micky tidak berhasil menemukan kunci motor, karena masih galau akibat kameranya tercebur ke laut. Walhasil sempat cari-carian lumayan lama karena takutnya jatuh di pantai, namun ternyata akhirnya kuncinya ketemu di dalam tas kameranya Micky.

Kami segera melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya tragedi berikutnya terjadi lagi. Ban dalam motor Indhry dan Dita tiba-tiba kempes. Sepertinya bocor akibat jalanan yang jelek yang tidak rata. Kami sempat berhenti lama dan mencari tukang tambal ban terdekat yang tentu saja agak susah mencarinya di kampung yang sepi itu, akhirnya kami melewatkan pantai Mawi dan langsung menuju pantai Selong Belanak. Pantai Selong Belanak merupakan pantai tempat bermain surfing. Banyak peselancar lokal maupun asing yang berselancar di sana. Bentuk pantainya seperti teluk kecil, pasirnya putih dan halus. Pantainya jauh lebih luas daripada pantai Mawun, dan lebih ramai oleh pengunjung.



Perjalanan selanjutnya menuju pantai Seger.  Rute pergi ke pantai Mawun berbeda dengan rute pulangnya. Rute pulang melalui Praya yang beraspal bagus dan mulus, sehingga perjalanan menjadi lebih cepat dan lancar . Dari Kuta ke pantai Seger jaraknya dekat. Masih satu garis pantai. Pantainya seperti teluk. Di sana ada bukit yang hijau seperti bukit rumahnya Teletubbies. Kami naik ke puncak bukit untuk melihat matahari terbenam. Ternyata di balik bukit terdapat sawah di pinggir laut. Pemandangannya bagus sekali. Sayangnya saat itu cuaca berawan, sehingga tidak ada sunset. Tadinya kami mau lihat sunset di Tanjung Aan, namun karena jaraknya satu jam perjalanan dari pantai Seger, dan jalan kesana juga rusak parah, sehingga kami membatalkan perjalanan ke sana. Menjelang magrib kami pun turun dari bukit karena takut hujan dan trek-nya menjadi licin.

Karena tempat tujuan pada keesokan harinya yaitu Pink beach dan Tanjung Ringgit jaraknya lumayan jauh apabila ditempuh menggunakan sepeda motor, sehingga kami memutuskan untuk menyewa dua mobil saja. Walaupun sebetulnya kami lebih senang menikmati keindahan pemandangan alam Lombok dengan motor touring, karena lebih terasa petualangannya daripada naik mobil. Keesokan harinya setelah sarapan kami bagi 2 rombongan dalam 2 mobil. di mobil APV dengan supir namanya pak Andi, penumpangnya : Nasrul, Candra, Laili, Felly, Indhry dan saya. Di mobil kijang : Delila, Irma, Dian, Dita dan Micky. Rupanya ketika kami sebutkan Pink beach, pak Andi dan temannya tidak tahu lokasinya ada di mana. Hanya berbekal informasi bahwa Pink beach berada 1 km dari Tanjung Ringgit, karena Pink beach tidak ada di google map. Rupanya keputusan kami untuk sewa mobil sangat tepat, karena jalan menuju Tanjung Ringgit itu kurang lebih 2 jam perjalanan, dengan kondisi jalan yang sama hancurnya dengan rute ke pantai Mawun. Kalau naik motor sendiri pasti nyasar, karena jarang bertemu dengan orang yang bisa ditanya arah jalan. Kami melewati teluk Awang dimana view-nya sangat cantik, sehingga berhenti dulu untuk foto-foto.


Setelah melewati desa Jerowaru, dan bertanya kesana kemari, akhirnya ada yang tau lokasi Pink beach. Ternyata penduduk di sana menyebutnya Fink beach. Lokasinya sama dengan arah menuju Tanjung Ringgit, yang namanya lebih terkenal. Rupanya memang belum banyak orang yang tahu jalan menuju Pink beach, karena akses jalan ke sana masih jelek. Setelah nyaris putus asa karena belum menemukan penunjuk arah ke Pink beach, akhirnya kami menemukan papan penunjuk arah yang bertuliskan Fink beach. Rupanya lokasi Fink beach ini berada di balik bukit yang terjal. Akses ke sana yaitu jalanan berbatu besar-besar, benar-benar off road, namun masih bisa dilalui dengan mobil APV dan kijang sewaan kami. Fink beach rupanya warna pasirnya tidak terlalu berwarna pink ketika siang hari. Ketika sampai di pinggir pantai fink beach, saat itu ramai sekali oleh pengunjung. Bahkan ada tukang es krim yang berjualan di sana.














Sedikit kecewa dengan terlalu ramainya pengunjung sehingga pantainya tidak terasa private, saya meminta  supaya Candra menanyakan harga sewa perahu ke pulau Sebui ke tukang perahu di pinggir pantai. Setelah tercapai kesepakatan, kami segera naik boat dan 10 menit kemudian sampai di Sebui. Tapi ternyata kami sempat kecewa, Sebui tidak seperti yang saya bayangkan dari referensi yang saya baca dari blog travel seleb twitter, sepertinya lokasi yang bagusnya harus berjalan ke balik pulau dahulu. Hanya ada dermaga kecil di sana dan langsung menghadap laut dalam, alias tidak berpantai. Kami pun segera putar haluan dan mencari peruntungan siapa tahu dapat menemukan pulau yang sepi dan berpantai bagus. Perahu kami  mendekati pulau terdekat, dan rupanya kami tidak kecewa. Namanya pulau Tiga alias Gili Petelu. Pulaunya kecil sekali, dengan karang-karang yang tajam ketika diinjak oleh kaki telanjang saya. Tidak ada bangunan apapun di sana. Untungnya ada tangga naik ke atas bukit untuk naik ke atas. Adanya surga itu benar adanya. View dari puncak bukit Gili Petelu sangat cantik. Gradasi warna air laut yang biru bercampur warna koral kehijauan sungguh menyejukkan mata. Karang bolong di pinggir pantai  memecah ombak yang datang dari segala penjuru, ternyata merupakan spot yang sangat asyik untuk bermain dengan ombak. Segera saja kami semua terjun ke laut dan bercengkerama dengan ombak yang datang bergulung-gulung, namun tidak terlalu besar. Sebisa mungkin kami berenang menjauhi karang bolong karena takut terbawa ombak dan menghantam karang yang tajam. Rasanya seperti bermain di kolam ombak Atlantis di Ancol. Cuma bedanya ini di lautan lepas, bukan di kolam renang. View-nya sungguh cantik. Benar-benar seperti pulau dan pantai milik pribadi. Namun kesenangan kami harus berakhir, karena tak lama kemudian datanglah perahu lain yang mendatangi  pulau Tiga. Perahu kami segera berlabuh dan meninggalkan Gili Petelu yang indah, cantik dan eksotis.
Photo credit : Dian Maharani


Photo credit : Micky Hendrawan

















Sampai di Fink beach 10 menit kemudian, kami langsung bergegas menuju Tanjung Ringgit tanpa ganti baju lebih dahulu, karena berharap bisa berenang di sana juga. Lokasi tanjung Ringgit hanya 1 km dari Fink beach. Tanjung Ringgit merupakan Tanjung di ujung selatan Lombok, berupa tebing tinggi yang menyerupai kepala komodo, yang menjadi centre keindahan tempat ini. Dari pinggir tebing kelihatan pulau Sumbawa nun jauh di sebrang sana. Panorama tebingnya sangat indah, mirip seperti Uluwatu di Bali. Deru ombak bergulung memecah menghantam pinggir tebing. Cuma sayangnya karena sekelilingnya yang ada hanya tebing tinggi, tidak ada pantai yang landai, sehingga tidak bisa berenang di sana. Ada beberapa peninggalan zaman Jepang seperti goa Jepang dan menara pandang. Cuma karena kami sudah tidak bisa menahan rasa lapar, kami segera pergi dari sana dan mencari tempat makan di Jerowaru. Sehabis makan dan ganti baju kami melanjutkan perjalanan ke desa Sukarare, yaitu merupakan desa penenun kain Lombok. Beberapa dari kami membeli kain tenun yang cantik untuk oleh-oleh dan belajar menenun kain dan kami juga diperbolehkan mengenakan pakaian tradisional Lombok tersebut. 

Tujuan terakhir adalah desa Sade suku Sasak. Lokasinya yang berada di pinggir jalan antara BIL dan Kuta mudah sekali ditemukan. Kami mengunjungi salah satu rumah tertua di sana, dan masuk ke dalamnya dengan dipandu oleh guide lokal. Petualangan saya bersama teman-teman  di Lombok kali ini benar-benar seru, tentunya tidak akan terlupakan. Tentunya masih banyak sekali destinasi wisata menarik lainnya di pulau Lombok, sehingga menurut saya layak untuk direkomendasikan menjadi tuan rumah tempat diselenggarakannya acara World Travel Writer Gathering 2015.















Info Umum:
- Sewa Penginapan : 250K / malam
- Xtra Bed : 50K
- Transport Bandara PP : 40K/ org ( 100K/ mobil khusus antar jemput bandara)
- Sewa motor: 50K (matic/non)
- Sewa mobil : 500K (nett)
- Parkir Motor: 2K
- Sewa Perahu @ Pink Beach : 100K utk 9 org

Urunan Tim :
370K x 11 org = 4,070K
150K x 11 org = 1,650K
150K x 11 org = 1,650K
4,070K + 1,650K + 1,650= 7,370K

Sewa Penginapan:{(250K x 3 kmr x 3 mlm)+ (50K x 3 kmr x 3 mlm)+ (225K x 1 kmr x 3 mlm)}
= 3,375K (* 1kmr non tv

Transport bandara PP: 400K (2mobil, 11org)
Makmal @ bandara = 192K
Aqua 1L, 12 pcs = 60K
Sewa Motor: 50K x 6 unit = 300K
Isi Bensin + Angin: 60K + 10K = 70K
Maksi @ Selong Belanak : 173K
Parkir Motor @ Mawun, Selong, Seger : 2K x 6 x 3 = 36K ;
Makmal @ Kuta : 515K
Sewa 2 Mobil : 1,000K
Sopir 2 org : 200K (sukarela)
Minum + Snack : 78 K
Sewa Perahu : 150K
Maksi @ Minarasa : 371K
Guide Ds. Sade : 30K (sukarela)
Makmal @ Kuta : 305K
Tips Sopir ke Bandara : 50K
Sarapan @ bandara : 65K

Saldo:
7,370K - (3,375K + 400K + 192K + 60K) + (300K + 70K + 173K + 36K + 515K) + (1,000K + 200K + 78K + 150K + 371K + 30K + 305K) + ( 50K + 65K) = 0K

Total biaya per-orang : 670K

Tidak ada komentar:

Posting Komentar