This was my 1st journey going abroad. Ini adalah kali pertama saya pergi traveling ke luar negeri ( dengan uang tabungan setelah bekerja sekian lama,,hiks,,). Rencana perjalanan ini sangat dadakan, karena rencana sebelumnya adalah pergi ke Malang pada saat libur lebaran. Namun karena mendapat ajakan super mendadak ikut serta traveling dari Mbak Kurnia (teman les di Japan Foundation) ke Singapura-Bangkok-Pattaya-Singapura-Batam (total 5 hari), dengan harga tiket dan akomodasi yang menurut saya lumayan sepadan dengan apa yang akan didapat (sayang waktu itu belum mengerti tips dan trick ala backpacker), dua hari setelah lebaran, maka persiapannya agak sedikit giri-giri (terburu-buru), hanya dalam waktu kurang dari 2 minggu pesan tiket pesawat, penginapan, membuat itinerary (sebenarnya hanya berupa print-print-an tempat wisata yang saya temukan dari browsing) perjalanan di semua Negara yang dituju (modal googling doang), tak lupa menyiapkan uang saku yang akan ditukar ke mata uang dollar Singapura dan baht. Saya memang sudah bikin paspor pada bulan Mei 2009, karena sudah tahu ada peraturan baru bahwa apabila sudah mempunyai kartu NPWP, maka kita bisa dibebaskan dari keharusan membayar fiskal sebesar 2,5 juta rupiah, tentu saja ini merupakan suatu kesempatan yang bagus sekali bagi saya untuk memulai berpetualang di negeri orang. Oleh karena itu saya dan teman saya sudah merencanakan perjalanan keluar negeri yang pertama kalinya buat saya ke Malaysia pada bulan Desember ’09 (sudah booking tiket pesawat dari 6 bulan sebelumnya). Namun Tuhan berkehendak lain. Cap pertama Negara asing di paspor saya ternyata adalah di Imigrasi Singapura. Sedikit H2C (harap-harap cemas), karena ditakut-takuti akan bahaya virus flu burung yang sedang menjangkiti beberapa negara di Asean. Setelah sempat berkonsultasi dengan beberapa orang teman, apakah sebaiknya suntik vit. C di rumah sakit atau minum vitamin tertentu supaya aman dari bahaya virus, akhirnya diputuskan jangan minum atau menyuntikkan obat apapun karena takutnya malah bermasalah saat di imigrasi karena ada detektor yang bisa melacak suhu tubuh manusia apakah panas (bisa diduga sedang terjangkit virus) atau tidak di imigrasi. Ya sudah Bismillah saja deh. Karena ini kali pertama saya ke luar negeri, I’m totally blind. Benar-benar hanya mengekor teman saya mbak Nia dan Dilla, sepupunya yang masih SMU yang sudah berpengalaman pergi ke luar negeri.
Akhirnya tibalah waktunya pada hari keberangkatan. Kami semua bertemu di terminal 2D Soekarno Hatta. Ini adalah kali pertama saya bertemu dengan Dilla, sepupunya mbak Nia, yang ternyata seorang gadis manis berjilbab keturunan arab yang masih SMU ! Sedangkan mbak Nia adalah seorang wanita yang sudah cukup matang di usianya, sudah lumayan lama saya kenal di tempat kursus Japan Foundation, dan dia juga sudah banyak pengalaman pergi ke luar negeri. Dengan berbekal print-print-an tiket pesawat kami pun masuk ke dalam terminal keberangkatan. Lalu mengantri di counter armada pesawat yang akan kami naiki. Sebelumnya kami harus membayar pajak airport sebesar Rp 150,000.-. Saya hanya berbekal tas ransel di punggung, serta tas tenteng sedang yang berisi pakaian untuk perjalanan selama 5 hari, serta tidak lupa membawa tripod kemanapun saya pergi (dan cukup merepotkan tentunya), walhasil bawaan saya adalah yang paling banyak, karena kamera saya saja sudah banyak makan tempat. Setelah selesai registrasi ulang, kami pun segera menuju loket NPWP. Dikarenakan saya belum punya kartu NPWP yang kecil, jadi bermodal fotocopy-an surat NPWP yang berbentuk kertas lembaran A4, saya pun terbebas dari keharusan membayar fiskal. Selepas dari loket NPWP, kami pun bergegas menuju ke pemeriksaan imigrasi. Nah pas sampai ke pemeriksaan tas terakhir dekat ruang boarding, minuman botol mineral kami pun disita, harus diminum habis saat itu juga atau dibuang, karena tidak boleh dibawa masuk ke dalam pesawat. Oh well, untungnya masih ada botol minuman saya yang lolos pemeriksaan. Masih dalam suasana lebaran dan ini kali pertama saya akan pergi jauh dari rumah, benar-benar suasana yang berbeda. Dalam ruang tunggu dipenuhi para calon penumpang, saya pun mulai berdiskusi bersama teman teman trip seperjalanan, nanti mau ke mana saja. Ternyata teman-teman saya, walaupun sudah pernah pergi ke negara yang akan dikunjungi, tidak siap dengan itinerary-nya,,owalah, untung saya masih sempat browsing tempat-tempat menarik yang jadi tempat tujuan wisata di sana. Jadi berbekal print-print-an hasil browsing, kami pun membuat plan A plan B, akan mengunjungi tempat apa saja nanti. Akhirnya tibalah waktu boarding masuk ke dalam pesawat, saya pun berdoasemoga perjalanan saya selama 5 hari ke depan tidak akan mengalami kendala apa-apa, soalnya teman-teman saya perempuan semua. Karena naik pesawat kelas “ekonomi“, kami pun tidak dapat makan siang. Kami pun beli makanan di atas pesawat. Ya lumayanlah rasanya dengan harga kurang lebih Rp 27,000 ribu rupiah, sesuai ekspetasi. Karena di Singapura sedang ada event F1, maka ada undian konser tiket musik F1 yang mahal sekali. Beruntunglah seseorang yang bisa mendapatkan golden tiketnyadi kantong tempat duduknya di pesawat. Tak terasa kurang lebih setelah satu jam perjalanan, pesawat akan mendarat di bandara internasional Changi, Singapura. Kami pun mulai mencocokkan jam tangan dengan waktu setempat yang satu jam lebih awal daripada waktu WIB. Alhamdulillah selepas pesawat landing dengan selamat, kami pun segera menuju pemeriksaan imigrasi. Wow ini adalah cap pertama negara lain di paspor saya. Setelah disambut dengan ramah oleh petugas imigrasi setempat, dan lolos dari pemeriksaan imigrasi (Alhamdulillah), saya pun asyik menikmati pemandangan di airport ini. Changi merupakan salah satu dari airport tersibuk di dunia, karena banyak juga pesawat ke Eropa dan lain-lain yang transit di sini.Saya pun asyik menikmati layanan internet online-nya yang gratis dan aksesnya lumayan cepat walau harus ganti-gantian antri. Di bandara juga tersedia tap water, yaitu air dari kran yang bisa diminum langsung. karena airnya sudah matang. Setelah itu kami segera menghubungi kawan mbak Nia yang tingal di Singapura, yang katanya akan menjemput kami selepas ketibaan kami di bandara Changi . Namun setelah satu jam lebih kami tidak berhasil menghubungi temannya tersebut, akhirnya kami naik taksi menuju hotel YMCA di Orchard road, tempat kami menginap semalam. Hotelnya termasuk bintang 3-4 ? hotel lama, tapi lumayan bersihlah. Satu kamar didaftarkan untuk 2 orang, padahal orangnya bertiga (ngirit.mode on). Jadi yang satu orang tidak kebagian sarapan pagi di restoran hotel yang berupa roti bakar. Saking parno-nya kami karena harga makanan di Singapura mahal-mahal, saya membawa bekal nasi, setoples rendang dan kripik kentang buatan bunda Uti (love u bun,, :”>) yang syukurnya rendang saya tidak disita di imigrasi. Tak lupa kami membawa banyak popmie dan bubur instan (yang akhirnya malah tidak kemakan semua! Berat-beratin doang, hehe). Ternyata sopir taksi di sana ramah-ramah juga ya. Pas naik taksi, seperti biasa sopirnya bertanya sama saya , “Where are you come from ?”, saya bilang saya dari Indonesia. Oh saya kira kamu dari Vietnam atau Thailand ! wew,,Akhirnya diapun bicara pakai bahasa melayu,,fiuh thanks God, soalnya tadi dia nanya rute jalan yang mau kita pilih lewat mana soalnya sedang ada persiapan buat F1, jadi jalanan banyak yang ditutup,,Terus terang tidak ngudeng waktu dia nanya mau lewat jalan PIE ? ECP (?) menuju kawasan Orchard dalam English. Tadinya si supir yang beretnis Chinese ini memutar saluran radio berbahasa mandarin, terus karena tahu kami orang Indonesia, dia pun mengganti saluran radionya ke radio berbahasa melayu. Ternyata pas adzan Ashar pun dikumandangkan di radio, wah ini yang tidak pernah saya dengar di Jakarta. Sepanjang jalan menuju pusat kota, mata kita dimanjakan oleh pemandangan berbagai jenis pohon hijau serta kembang tanaman berwarna warni yang ditanam di sekeliling pembatas dan di pinggir jalan.
Welcome to Singapore ! Sepanjang jalan banyak terdapat apartemen dan flat, nyaris tidak ada rumah tinggal yang seperti rumah kita pada umumnya, karena harga tanah di sana mahal, jadi orang –orang tinggal di apartemen /flat. Saya perhatikan juga banyak orang yang memasang bendera kebangsaannya di tempat tinggalnya masing-masing (hal ini juga banyak saya jumpai ketika berkunjung ke Malaysia). Katanya sih karena persaingan etnis di sana lumayan besar, jadi mereka menunjukkan kecintaan mereka kepada negaranya dengan cara seperti itu. Pusat kota Singapura tidak beda jauh seperti jalan protokol di Sudirman. Namun bedanya di sana tidak ada orang yang berjualan di pinggir jalan. Kalau soal sampah, ada juga kok saya temukan sampah di jalan , mungkin sampah dari turisyang memang jorok sepertinya. Kan seperti yang biasa kita dengar bahwa di sini tidak boleh buang sampah sembarangan, tidak boleh makan permen karet blablabala., ketat gitu deh peraturannya. Akhirnya sampai jugalah kami di hotel YMCA, Orchard. Hotel lama, namun bersih. Supir taksi yang baik itupun menolak uang recehan kekurangan pembayaran taksi, “ simpan saja” katanya, hehe. Setelah beres-beres kami punsegera bergegas, karena saya ingin berfoto ria di patung Merlion yang ada di pulau Sentosa (bukan yg di Esplanade, salah informasi hiks !). Kami pun berencana ingin pergi ke sana naik MRT saja. MRT (Mass Rapid Trans) adalah semacam kereta ekspres di Singapura, yang ada tiap 5 menit. Harga tiketnya kurang lebih 1-3 SGD, tergantung lokasi tujuan. MRT adalah salah satu sarana transportasi umum utama di Singapura selain bis. Stasiun MRT di sana benar-benar bagus, bersih, dan terawat. Kalau anda tinggal lebih lama di Singapura, mungkin bisa langsung beli tiket terusan, jadi tidak usah beli tiket cash, hanya tinggal gesek kartu abodemen saja bisa naik MRT. Dan dimulailah petualangan kami bernyasar ria dan bertanya kepada orang –orang setempat, bagaimana cara mencapai stasiun MRT, dengan bahasa English melayu dan bahasa tarzan tentunya, dengan segala kebodohan kami mencari stasiun MRT yang ternyata berada di bawah tanah di daerah Orchad, yang masuknya bisa juga nembus dari Mall of Singapura. Soalnya walaupun mbak Nia sudah pernah ke Singapura, dia belum pernah naik MRT,,,oh well,,ok lah kalau begitu, benar – benar seperti turis nyasar keluar masuk stasiun MRT, bingung cara beli tiketnya yang pake mesin otomatis hingga setiap kali diajarin sama setiap orang yang kami mintai tolong. Syukur deh semua orang yang kami tanyai mau ngajarin bagaimana cara membeli tiket, menukar uang 50 SGD dengan recehan pecahan 1 – 10 SGD untuk membeli tiket MRT di loket yang tersedia, mengambil duit re-fund kembalian deposit tiket MRT sebesar 1 SGD kalau sudah sampai di stasiun tujuan, menunjukan stasiun transit Dhobi Ghaut, lanjut ke Clarke Quay (seharusnya ke sini dulu karena patung Merlion kecil ada disini,,) terus melanjutkan perjalanan ke stasiun Harbour Front ( ini juga stasiun dimana kami naik fery ke Batam) menuju Pulau Sentosa. Pulau sentosa dibuat dari pasir yang diambil dari kepulauan Riau (*sigh). Tempat ini dipenuhi oleh berbagai wahana permainan air dan outbond. Saya dan teman-teman sih tidak masuk ke dalam wahana tersebut, karena harga tiketnya cukup mahal dan juga lebih baik kami memanfaatkan waktu yang sangat sedikit untuk berkeliling semampu kami berjalan saja, karena besok siang kami sudah harus terbang ke Bangkok, Thailand.. Jadi kami hanya berkeliling naik mobil wisata di sana dan menikmati sunset yang ternyata cukup indah. Bagus sekali untuk objek foto. Karena di sana masih dalam suasana lebaran, pengelola kawasan wisata Sentosa memutar lagu-lagu melayu bernuansa lebaran melalui speaker besar di seluruh penjuru kawasan ini, sehingga rasanya saya masih berada di Jakarta saja suasananya . Setelah puas berfoto ria, perut kami pun mulai merasa keroncongan. Sambil mencari –cari restoran yang harga makanannya murah (*hiks) akhirnya kami menjatuhkan pilihan ke counter nasi lemak. Nasi lemak ini terdiri dari nasi yang berwarna hijau dari daun pandan, sambal cabe, teri kacang dan potongan ayam seperempat, terus minum lemon tea, semuanya harganya sekitar 5 SGD (Rp 30,000.-). Setelah merasa capek naik turun tanggadan nyasar-nyasar di stasiun MRT yang luas, kamipun merasa lelah luar binasa. Akhirnya kami kembali ke hotel naik taksi (sekitar 5 SGD). Esok harinya rencananya saya mau pergi pagi-pagi sekali dari hotel untuk berburu objek foto yang bagus di sekitaran Orchard Road yang sangat terkenal ini. Namun apa daya, walaupun waktu di Singapura lebih cepat 1 jam daripada waktu Jakarta, namun kenyataannya jam 6 pagi di sana masih seperti jam 5 pagi di Jakarta, gelap banget euy ! Mana hujan pula, mustahil rasanya saya bisa hunting foto keluar. Walhasil kami baru bisa beranjak keluar kamar hotel pada pukul 10 pagi ! Karena waktu yang tersisa sangat sedikit sebelum harus check out dari hotel akhirnya kami memutuskan pagi itu untuk pergi berjalan-jalan ke seputaran toko di Orchard Road yang sangat terkenal, seperti Takashimaya dan lain-lain.
Ternyata kami datang kepagian, belum banyak toko yang buka, padahal waktu kami tidak lama lagi. Jadi kami berkeliling mencari toko yang sudah buka. Setelah menyadari waktu sudah mendekati jam 12 siang kami pun dengan tergopoh-gopoh kembali hotel, check out, lalu segera menuju bandara Changi. Di bandara di mana-mana terdengar suara orang berbicara dengan bahasa Indonesia, pada hijrah ke sini semua tampaknya hehe..Kesan-kesan pertama kali saya menginjakkan kaki di Singapura adalah bahwa orang Indonesia benar-benar terkenal sebagai tukang belanja nomor wahid di sini. Dan juga banyak sekali orang Indonesia yang bersekolah di sini. Intinya orang Indonesia benar-benar penyumbang devisa nomor satu buat negara ini. Di Singapura juga ada saya temukan orang bule yang menjadi supir taksi di sini, wah benar-benar pemandangan aneh buat saya. Entah apa pertimbangan si bule tersebut hingga mau turun derajat jadi supir taksi di Negara Asia , mungkin salary-nya lumayan juga kali ? :P
Sekian dulu kesan-kesan saya setelah menginjakkan kaki di Singapura, sekarang saya akan melanjutkan perjalanan ke Bangkok, Thailand.
----------------------------------------------Part 1, to be continued------------------------------------------
part 1 panjang beut @_@
BalasHapusntar we ah bacanya nunggu part 2 published :D
biar gk penasaran hehe
haha,,part 2-nya kan beda negara Drie,, :p sori byk crita yg ga penting dimari sbenarnya gw masukin,,tapi ya gmn,,begitulah style gw,,xixixi
BalasHapusiya YMCA bagus kemaren saya pesen dari www.agoda.web.id/asia/singapore/singapore.html murah jg :) skrg kalau ke singapur pasti nginep situ deh...
BalasHapusJeje
iya YMCA oklah, not bad hotelnya
BalasHapus