Kiki's photo album

Minggu, 18 April 2010

Goes to Malaysia & Melacca (18-20 Des 09)


Goes to Malaysia & Melacca (18-20 Des 09)

"Just straight down there, you’ll see red bus over there,,” itulah kalimat panjang pertama yang kami dengar ketika kami hendak keluar dari KLIA dan menanyakan dimanakah terminal Sky bus yang menuju KLCC, kepada seorang wanita India di counter yang menjual cinderahati Air Asia, yang menjawab pertanyaan dengan muka lempeng bin dingin tanpa melihat mata saya sama sekali ketika berbicara, dengan aksen British, tapi dengan logat India yang sangat kental. “Ok thank you”, I said..no eye contact ! asem bener dah :p

Seperti biasa, terminal 2D bandara Soetta dipenuhi oleh para calon penumpang yang ingin liburan ke luar negeri di masa libur panjang seperti ini, dan saya pun berada di sana, dengan penerbangan termurah, alias kelas ekonomi. Ini adalah kali ke-dua saya pergi melancong ke luar negeri , dalam tempo waktu kurang dari 4 bulan. Padahal saya sudah merencanakan perjalanan ini sudah dari 7 bulan sebelumnya, demi mendapatkan harga promo yang murah meriah. Dan karena sudah punya kartu NPWP, tentunya saya bebas dari keharusan membayar fiskal sebesar 2,5 juta rupiah (saya dan kawan saya sudah memperhitungkan benar-benar hal ini dari setahun sebelumnya). Tadinya Malaysia merupakan negara tujuan pertama saya di luar negeri, namun Tuhan berkehendak lain. Saya akhirnya malah “nyasar” secara tak direncanakan duluan ke Singapura dan Thailand pada saat liburan lebaran tahun ini (diceritakan pada tulisan yang lain). Walhasil jadinya saya sudah agak terlalu tidak merasaka euforia yang berlebihan seperti pertama kali saya hendak pergi ke luar negeri (dan tentunya jadi lebih pengalaman menghadapi birokrasi dan imigrasi di bandara hehe). Seperti biasa dengan hanya berbekal 1 tas ransel batik ukuran sedang, berisi perlengkapan tempur untuk traveling selama 3 hari, dengan membawa pakaian secukupnya, serta membawa kamera serta tripod, yang merupakan bawaan wajib saya ketika traveling (padahal belum tentu dipake juga tuh tripod hehe). Kami pun segera mengantri untuk mendaftar ulang di loket maskapai penerbangan yang akan kami naiki. Tepat di depan antrian kami, ada seorang “mbak-mbak“, kalau saya tebak usianya mungkin sekitar 35-an, berpakaian sederhana, dengan tas jinjing yang tak kalah sederhananya, dengan wajah yang terlihat cemas sekali. “Mbak“ itu tiba-tiba bertanya kepada saya, harus bayar pajak airport berapa pas di depan loket ? saya yang punya penyakit “Lupa-lupa ingat pun” tiba-tiba jadi lupa ingatan. Seingat saya harus membayar seratus ribu rupiah, sambil menenangkan mbak-mbak itu yang ternyata hanya memegang uang cash sebesar seratus ribu rupiah, bahwa uangnya pasti cukup, yang kalau saya tebak dari penampakannya, sepertinya dia merupakan salah satu dari pejuang devisa kita. Namun ketika sampai di depan loket, ternyata harus membayar 150 rb rupiah. Si Mbak-mbak tadi kontan panik, dan memohon-mohon kepada petugas sambil menangis, bahwa dia hanya punya uang 100 ribu rupiah saja. “Digadai saja barangnya mbak buat nutupin kekurangan 50 ribunya !” ucap salah satu petugas tersebut, dan si mbak-mbak tadi semakin meracau panik dengan muka pucat meminta tolong kepada petugas. Hati siapa yang tidak trenyuh menyaksikan pemandangan menyedihkan ini. Namun kawan seperjalanan saya ternyata bergerak lebih cepat dari saya. Dia bilang sama petugasnya bahwa dia yang akan membayarkan kekurangan uang si mbak-mbak tadi. Bukan main senang dan leganya si mbak-mbak tadi, tak henti-hentinya dia mengucapkan terima kasih kepada kami berdua atas kebaikan hati temanku yang mau menalangi kekurangan uangnya tadi.
Awan gelap menyambut kedatangan kami ketika pesawat yang aku dan temanku tumpangi akan mendarat di KLIA (Kuala Lumpur Internasional Airport). Kami pun sempat mengira bahwa ada asap kiriman kebakaran hutan dari Riau, karena ketika melihat ke luar jendela pesawat, hanya jelaga asap hitam yang terlihat. Namun ternyata itu hanya ilusi belaka hehe. Saat ke luar pesawat ternyata KLIA habis diguyur hujan lebat. Rinai rintikhujan pun mengiringi langkah kaki kami menuju terminal bandara tersebut yang ternyata desainnya sangat sederhana sekali (kaya desain gudang raksasa biasa aja, tidak ada yang istimewa seperti airport Changi ataupun airport Suvarnabhumi). Dan saya tidak menemukan adanya internet gratisan di bandara tersebut (penonton kecewa )

Seharusnya pesawat tiba lebih awal karena delay selama 1 jam, namun diluar perkiraan, sampainya lebih cepat, karena dari Cengkareng – KLIA hanya memakan waktu penerbangan selama 1,5 jam.Perbedaan waktu satu jam lebih cepat dengan Jakarta, membuat malam hari di Malaysia tampak masih terang sekali. Sudah jam 7 malam, tapi masih terang seperti jam 5 sore di Jakarta. Dan ketakutan saya ketika menghadapi petugas imigrasi Malaysia yang katanya rada rasialis, dan supaya tidak disangka TKW, sebaiknya saya berbicara dengan bahasa Inggris saja suapay lebih dihormati di sana,,what the,,,ternyata teman saya sukses menakut-nakuti saya ya ! (getokin Kiko :hammer:p). Saya sama sekali nggak ditanya macam-macam sama petugasnya, Lagi pula postur tubuh saya yang padat berisi ini sepertinya nggak bakal disangka pahlawan devisa deh,,trus kalo memang iya, So what gitu loh ? Dari KLIA, kamipun segera menuju terminal bus naik Sky bus.

“Just straight down there, you’ll see red bus over there,,” itulah kalimat panjang pertama yang kami dengar ketika kami hendak keluar dari KLIA dan menanyakan dimanakah terminal Sky bus yang menuju KLCC, kepada seorang wanita India di counter yang menjual cinderahati Air Asia, yang menjawab pertanyaan dengan muka lempeng bin dingin tanpa melihat mata saya sama sekali ketika berbicara, dengan aksen British, tapi dengan logat India yang sangat kental. “Ok thank you”, I said..no eye contact ! asem bener dah :p

Tiket bis ini termasuk dalam paket pesawat yang sudah dipesan sebelumnya, jadi harganya lebih murah. Karena kalau membayar tiket on spot, alias langsung bayar di atas bis, harus membayar 9 RM ( 1 RM/Ringgit Malaysia = 2,770 IDR/rupiah).

Perjalanan dari KLIA menuju KLCC dengan naik bus kurang lebih selama 1,5 jam. Kalau naik taksi bisa sekitar 200 ribu rupiah (lebih baik kalau pergi ber-empat, bisa lebih murah) atau bisa juga naik kereta yang katanya lebih cepat (sekitar 15 menit, tapi kurang tahu harga tiketnya berapa). Selama perjalanan menuju Kuala Lumpur city, kiri kanan jalan didominasi oleh pohon-pohon yang rindang. Kami pun menikmati sunset pertama yang menyambut kami di negara tetangga di dalam bis yang melaju kencang tanpa hambatan. Setelah tiba di KL terminal bus, kami pun segera naik taksi menuju daerah Chow Kit, dan mencari penginapan di hostel backpacker di sana. Setelah ditolak 3 tempat karena penuh semua karena sepertinya banyak orang Indonesia yang menginap di sini juga hehe, ( kami memang belum booking penginapan karena mau lihat-lihat tempatnya dulu), Alhamdulillah ternyata masih ada 2 bed kosong di kamar yang terpisah di hostel Cosmopolitan. Hostel ini terletak di daerah perniagaan yang cukup ramai. Lokasinya yang di pinggir jalan tertutupi oleh lapak kaki lima di pinggir jalan. Saya hanya bisa berdoa semoga tempat tersebut layak untuk ditinggali selama 3 hari 2 malam. Rupanya doa si mbak-mbak pejuang devisa di bandara tadi benar-benar manjur untuk kami berdua, Alhamdulillah :D. Saat mendaftar di hostel Cosmopolitan, kami disambut oleh Abdullah, resepsionis hostel yang merupakan seorang mahasiswa Manajemen bisnis (if I’m not mistaken !) yang berasal dari Nigeria, kami benar-benar disambut dengan senyuman dan keramahan yang luar biasa. Tadinya saya dan kawan saya disangka orang Malaysia (karena muka kami berdua yang sangat Asia :p), namun akhirnya Abdullah percaya juga kalau kami adalah orang Indonesia ( :p), setelah kami menunjukkan paspor dan mencatat identitas kami sebagai prasyarat untuk menginap di sana. Wow ternyata tarif kamarnya benar-benar murah ! Saya pun segera memilih kamar yang terdiri dari 2 bunkbed, tempat tidur bertingkat. Ternyata itu adalah kamar non AC, dengan kipas anginnya sebesar blower (kalau kata teman saya rasanya seperti sate mau dibakar saja dengan kipas raksasa seperti itu hehe), kamar mix gender untuk 4 orang. Penghuninya terdiri atas 3 orang pria bule, dan 1 wanita (yaitu saya !) wew,,,,,Sedangkan teman saya memilih kamar AC yang terdiri atas 6 tempat tidur bertingkat yang diisi oleh 12 orang, mix gender juga, antara perempuan dan laki-laik. Saya lebih memilih kamar yang sepi karena lebih merasa safe. Kami pun segera berkeliling ruangan hostel yang terdapat di tingkat lantai 4 bangunan tersebut. Lobby nya yang cozy, seperti ruang tamu di rumah. Kecil, sederhana saja, walaupun banyak orang yang asik surfing ria di internet gratisan yang terdapat di ruang terima tamu plus ruang nonton tivi, perpustakaan dan ruang telfon, dan juga banyak yang ngobrol sama temannya, namun suasana tetap tenang. Secara keseluruhan hostelnya bersih, karena semua orang harus melepaskan alas kaki sebelum masuk pintu lobby. Semua ruangan tertata rapih. Kamar mandi, dapur serta ruang makan diberikan fasilitas yang lumayan lengkap. Setiap orang berhak dapat maksimal 6 tangkup roti bakar untuk breakfast. Serta free minuman teh, susu, kopi, coklat, serta air mineral yang bisa direfil dengan botol sendiri tentunya. Setiap alat makan minum yang sudah digunakan, harus dicuci bersih sendiri, self service banget deh. Rasanya seperti tingal di asrama saja bukannya tingal di hostel backpacker. Dan semua orang, baik turis Asia maupun mancanegara, benar-benar mematuhi semua peraturan yang ada di hostel tersebut, makanya kami pun segera merasa nyaman sekali untuk tinggal di sana.. Makanya akhirnya kami pun memutuskan untuk segera memesan kamar untuk 2 malam sekaligus, suapaya tidak usah repot-repot cari hostel baru pada keesokan harinya. Setelah mandi bersih-bersih dan sholat di kamar yang sepi dan tenang (salah satu keuntungan dapat kamar yang tidak banyak penghuninya :p), kamipun memutuskan untuk segera pergi ke menara kembar Petronas tempat syuting film Entrapment yang tersohor itu. Karena sudah terlalu lelah, dan untuk mempersingkat waktu kami lagi-lagi akhirnya naik taksi ke sana. Petronas benar-benar merupakan objek berfoto narsis ria untuk para wisatawan lokal hingga mancanegara. Dan lucunya, supir taksi yang mengantar kamipun ikutan moto-moto Petronas dengan handphone berkameranya (kaya yang rumahnya jauh aja pak !). Menara kembar ini bermandikan cahaya lampu hingga pukul 10 malam, setelah itu lampu dimatikan, jadi tidak bagus untuk difoto. Setelah puas berfoto, waktunya untuk pergi kalau begitu. Dari Petronas kami menuju Lapangan Merdeka, yaitu lokasi gedung pemerintahan yang di Pertuan Agung, dan juga lapangan Merdeka yang merupakan tempat untuk upacara kemerdekaan Malaysia setiap tahunnya. Lapangan ini ternyata seperti lapangan monas di malam hari, di mana banyak penduduk lokal yang asik berwisata murah meriah dan gratisan , baik yang pacaran maupun dengan keluarganya, Nice gan !
Setelah dua kali naik taksi, saya baru sadar, bahwa taksi-taksi di Kuala Lumpur jadoel benar mobilnya, alis mobil tua semua, pantas saja argonya murah.Beda dengan taksi – taksi di Jakarta yang mobil-mobilnya jauh lebih bagus. Ternyata supir taksi di sana kalau sudah malam suka masang argo kuda. Tidak hanya taksi, tapi motor-motor di sana juga jadoel-jadoel. Fenomena apakah ini ? Kalau kita lihat di jalan raya, sepertinya rata-rata setiap 1 kepala keluarga punya 1 mobil. Mungkin tingkat perekonomian di Kuala Lumpur cukup baik, sehinga tiap keluarga bisa punya mobil sendiri. Rata-rata kendaraan di sana yang dominan adalah merk Proton, made in Malaysia. Ada sih merk mobil Jepang seperti Toyota, tapi tidak banyak. Sepertinya mereka benar-benar cinta produk dalam negerikah ? Entahlah...Dan juga seperti yang saya perhatikan, baik di Kuala Lumpur atau di Singapura, rasa nasionalisme penduduknya tampak jelas terlihat, karena sering saya jumpai banyak tempat tingal yang memasang bendera kebangsaan merea, sehingga terlihat jelas dari jalan raya. Apakah karena emang rasa nasionalismenya yang tinggi, ataupun karena persaingan anatara ras yang cukup besar sehingga mereka menunjukkan kecintaan mereka terhadap negara masing-masing dengan memasang bendera negara nya di tempat tinggal masing-masing ? entahlah,,

Keesokan harinya, sesuai itinerary yang sudah kami buat, kami segera menuju bis ke Malaka. Dari terminal Bis Puduraya menuju Malaka, perjalanan kira-kira 2 jam (kalo tidak salah, lupa :p). Di dalam bis kami berkenalan dengan seorang pemuda yang menurut feeling saya bertampang nJawa ni, dan setelah diajak ngobrol sama teman saya, ternyata , pemuda tersebut berasal dari Jawa tengah, dan sedang mencoba peruntungannya menjadi TKI di negeri orang. Langsung saja kami minta dia supaya menjadi guide kami selama di Malaka hehe. Sampai kota Malaka yang merupakan “Heritage City-nya Unesco”, kami terkagum-kagum dengan keindahan kota tua ini. Semua tertata rapih dan tampak bersih. Tujuan utama kami ke sini yaitu menuju gereja tua yang seluruh bangunannya bercat Merah, yang merupakan peninggalan pemerintahan Inggris yang berlokasi dekat dengan museum kota Malaka serta berada di seberang anak sungai Malaka. Sayang karena cuaca buruk, yaitu hujan yang turun terus menerus, kami hanya sempat mengunjungi Gereja tua serta masuk ke dalam museum Malaka, dan makan siang di China town-nya, tidak sempat explore kota Malaka lebih jauh karena waktu menjelang sore dan kami haru segera pulang mengejar bis terakhir ke Kuala Lumpur dengan naik bis double decker. Imho, saya anjurkan kalau untuk keluar kota lebih baik jangan naik bis double decker, karena jalannya lambat nian, macam keong. Apalgi karena kami terkena macet total di jalan tol sehingga perjalanan Malaka – Kuala Lumpur mencapai 3 jam lebih !
Esok harinya sebelum pulang menuju airport KLIA, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi lapangan Merdeka di pagi hari, yang jelas tampak berbeda pada malam harinya pertama kali kami datangi, tapi tetap ramai oleh kunjungan para turis asing lainnya seperti kami.
Kuala Lumpur menurut saya merupakan surga tempat berwisata kuliner yang sangat memanjakan lidah kita yang notabene bercitarasa makanan asia yang full bumbu, serta harganya yang lumayan bersahabat dengan kantong seorang backpacker seperti saya. Kesan lainnya pemerintah Malaysia benar-benar serius dengan program wisatan “Truly Asia” nya (menurut versi mereka ya!), sehingga mereka mempersiapkan sarana dan transportasi untuk para pendatang dengan baik, sehingga membuat kita cukup nyaman. Semoga ini bisa jadi bahan pembelajaran untuk kita semua, bahwa kalau potensi tempat wisata dikelola dengan baik, tentu hasilnya akan baik pula. Maintenance yang baik serta kesadaran masyarakat yang ikut mendukung program tourism ini, diperlukan untuk mendukung majunya dunia pariwisata di Negara mereka , yah semoga bisa kita ambil sisi positifnya dari sana. Wassalam.

Adapun rincian biaya transportasi dan akomodasi yang dikeluarkan selama di Malaysia ( Kuala Lumpur sekitarnya & Malaka) adalah sebagai berikut :

Flight : bisa berubah-rubah tergantung rezeki dan kalau dapat harga promo
Airport tax : 150,000 RP
Sky bus (utk 2 org, KLIA – Kuala Lumpur City Central (KLCC) dan KLCC- KLIA) : 79,396 IDR

Kalau tidak memesan tiket sky bus secara online, maka dikenakan tarif 9 RM untuk sekali jalan (lebih mahal kan ! )


Hostel backpacker tempat saya menginap :
Hostel Cosmopolitan, Kuala Lumpur
4T Floor,No. 73 & 75 Jalan Haji Hussein
Kuala Lumpur Malaysia
Note :
4-bed Mixed Dorm is WITHOUT A/C (with Fan only). The 10-bed & 12-bed Dorms are WITH A/C.
lokasi hostel dekat sekali dengan stasiun monorel/ skytrain
RATE Kamar di hostel Cosmopolitan
Kamar AC = 24 RM (* 2,770 IDR= 66,480 IDR)
1 kamar terdiri atas 6 bunkbed, 2 tingkat bed. Alias rame2 hehe


sedangkan kamar saya non AC (pake kipas angin blower) = 18 RM (*2,770 IDR = 49,860 IDR)
1 Kamar terdiri 2 bunkbed, jadi ada 4 bed, alias 4 orang.


Tiket bus Blue line dari terminal Malaka ke Bandaraya Malaka Bersejarah = 1 RM
Makan enak dan bergizi yaitu dengan min. 3 – 4 macam menu, seharga 23-26 RM (*2,770 IDR = 63,710 – 72,020 IDR) untuk makan sebanyak 2-3 orang. Contoh menu , sebagai ilustrasi misalnya :

Chicken rice ball (porsi 3 orang)

1 piring chicken rice ball
1 mangkuk nasi tim
1 piring ayam steam (sumpah lembut bgt ayamnya)
1 piring sayur sawi (baby kailan)
3 gelas ice lemon tea

btw , susah baner bo cari makanan Rice Ball halal di sini,,,hiks,,,

Tiket masuk Muzium Melaka = Dewasa 5 RM

Soft drink @ KLIA (Kuala Lumpur Internasional Airport) = 3.90 RM

total pengeluaran = 423 RM (untuk berdua)

5 komentar:

  1. first encounter with your blog...numpang baca yew...

    BalasHapus
  2. oya total pengeluaran 423 RM itu di luar tiket ya jek? 参考になりました。いつか行きたいなあ。。。

    BalasHapus
  3. mangga Dud ^^
    yoa di luar tiket Dud, kl lg promo bs dpt di bawah 500rb kl y kl bruntung wat PP,,kmrn gw dapetnya 900 rb wat PP sih,,,
    時間があれば、行こうよう^^

    BalasHapus
  4. wah...saya awal juni bsk mau ke KL n malaka juga. n di KL rencanaya nginep di cosmopolitan. Tp yang bikin saya ragu....hostel itu kan terletak di daer red-line district... gimana dg masalah keamanannya...

    BalasHapus
  5. @Travel n eat : lumayan aman kok di sana...

    BalasHapus