Itinerary Macau & Hong Kong
7 Juni
|
||||
Tiba di Macau International Airport.
|
||||
Menuju San Va Hotel.
|
Rua De Felicidade
Shuttle Bus to Lisboa Casino atau
MT1 to Praceta De Junho (Near Lisboa) HKD 4,2
26 to Rua Norte de Patane (16 stops), near Master
Hotel. Penultimate Stops De Parsaguiros Do Porto Interior
|
|||
8 Juni
|
||||
Macau City Tour
|
Jalan sepanjang Senado Square, St. Paul Ruin, Lisboa Casino, Wynn,
MGM, Statue of Kunlam, Sands
|
|||
Sholat Jumat
|
Macau Islamic Mosque and Cemetery
|
|||
Macau City Tour
|
Shuttle Bus dari Macau Maritimo Ferry Terminal ke Venetian Macau
|
|||
Macau Giant Panda Pavilion
|
http://www.macaupanda.org.mo/e/pavilion/detail.aspx?id=e0b0e19a-c932-4cc0-9f05-00025149beaf
|
|||
The Venetian Macao Resort Hotel
|
http://www.venetianmacao.com/
|
|||
9 Juni
|
||
Menyeberang Ke Hongkong
|
Macau Maritimo Ferry Terminal (HKD 151)
|
|
Langsung Ke Hostel
|
Ashoka Hostel, Chungking Mansion Blk A Fl 13
|
|
Hongkong Heritage Museum
|
MTR Chue Kung Temple
Sha Tin Park (Snoopy”s world)
Cantonese Opera
Admission Fee HKD 10
|
|
Tsim sha tsui
|
Avenue of Stars, Symphony of Light
|
|
10 Juni
|
||
Keliling Hong Kong Island
|
Victoria Park, ketemu para pahlawan devisa
Naik Tram (HKD 2) ke Victoria Peak
|
|
Repulse Bay
|
Bus 6, 6A, 6X, 26, 26X
|
|
Stanley Market
|
||
Tsim sha tsui
|
Cari Bioskop nonton Madagascar
( ga jd nonton, tiket mahal bgt, 90 HKD )
|
|
11 Juni
|
||
Lantau Island
|
MTR Lantau Island
Ngong Ping 360, Giant Budha, Po Lin Monastery
|
|
Wetland Park
|
MTR Sambung Light Rail (gagal, dah kesorean soalnya)
|
|
12 Juni
|
||
Saya Pulang
|
Ferry ke Taipa Ferry Terminal ( Turbo Jet )
|
Let`s get lost series : At the city of lights ( Macau & Hong Kong )
Dari mana ? dari Hong Kong !
Saya dan travelmate saya Irfan, beli tiket promo Air Asia dari setahun sebelumnya.
Karena saya tidak berani ambil cuti lebih lama, akhirnya saya pulang
duluan sehari daripada Irfan. Setelah cari informasi dari buku traveling dan
google sana
sini, akhirnya kami merampungkan
itinerary kami seperti yang tertera pada table di atas. Seperti biasa , saya sebutkan spot apa saja yang
ingin didatangi, lalu Irfan yang cari rutenya, soalnya dia kaya peta berjalan,
jadi aman nggak bakal nyasar.
Ok, it’s show time.
Tanggal 7 Juni, flight kami dari SHIA – LCCT jam 06.30 pagi, saya dari rumah
berangkat pukul 03.15. Tiba di LCCT, kami main sebentar ke KLIA, untuk makan
siang, sambil nunggu flight jam 2 siang ke Macau
dari LCCT. Flight dari LCCT – Macau, kurang
lebih 4 jam perjalanan. Lumayan lama nih. Cuaca juga kurang bagus, sering
turbulensi. Bulan Juni ini cuaca di Macau dan Hong Kong
sedang musim taifun dan sering turun hujan, Syukurnya ngak panas-panas amat
sih. Sampai Macau jam 6.30 malam. Ternyata masih cukup terang. Sampai di bandara internasional Macau, ada
free wifi. Untuk mengaktifkan free WIFI di MACAU
, pakai user id dan password : CTMMIA. Ada beberapa tempat umum yang ada free wifi-nya selama di
Macau, seperti di bandara, sepanjang Largo de Senado, terminal ferry Macau dan lain-lain.
Seperti yang sudah kami prediksi
sebelumnya, bahwa kami akan mengalami kendala dengan bahasa selama di Macau.
Ketika mencari terminal bis, kami bertanya pada petugas parkir di bandara, dan
ternyata dia tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga akhirnya kami bertemu
dengan seorang karyawan hotel yang menjemput tamu di bandara, dia memakai pin
logo bendera Inggris, lalu
menanyakan di mana bisa naik shuttle bis
ke arah penginapan kami. Eh kami malah disuruh ikut free shuttle bis hotel dia yaitu hotel Galaxy,
lalu nyambung naik bis lainnya dari hotel terdekat, yaitu hotel Star World.
Dari Star World kami berjalan kaki menuju San Va hostel di Rua De Felicidade.
Ketika masuk ke dalam hotel Galaxy, jeng jeng, ternyata langsung masuk ke dalam
sebuah hall yang besar yang penuh dengan orang, yaitu ternyata kasino , di mana
banyak terdapat berbagai mesin permainan judi seperti mesin Pachinko, Jack Pot
, poker dan lain-lain. Kasino di Hong
Kong benar-benar open for public, beda dengan seperti kasino yang saya lihat di
Genting, Malaysia, karena jadi satu dengan taman bermain, sehingga nggak open
for public. Rupanya tidak ada aturan
khusus untuk masuk ke dalam kasino di Hong Kong,
saya lihat banyak yang memakai sandal dan kaos serta celana pendek, kalau di
tempat lain mungkin beda lagi aturannya.
MGM Hotel & casino |
Wynn Hotel and casino |
billboard Aaron Kwok di toko @ Macao |
Macau terkenal akan
keindahan bangunan-bangunan tua peninggalan Portugis, seperti yang terdapat di
jalan sepanjang Largo de senado hingga St.
Paul. Sepanjang jalan dari Star World hingga Largo de
Senado banyak terdapat hotel+casino dan pertokoan-pertokoan yang penuh dengan
cahaya lampu neon berwarna-warni. Yang saya cermati bahwa tatanan kota kota Hong
Kong hampir mirip dengan Singapura. Disiplin masyarakatnya juga
hampir sama, seperti ketika hendak menyebrang jalan harus menunggu tanda lampu
hijau, naik turun tanga di MTR harus sesuai lajurnya, dan lain-lain.
St. Dominic's church @Largo De Senado |
Largo de Senado |
Ternyata kami
kelewatan mencari penginapan San Va, sehingga harus mutar balik arah kembali.
Letak penginapan tersebut berada dalam gang, tidak jauh dari jalan utama.
Bentuk bangunannya seperti yang dideskripsikan oleh orang-orang yang pernah
menginap di sana
sebelumnya. Yaitu berupa bangunan cina tua. Katanya sih hostel ini pernah jadi
tempat syuting film Isabella, soalnya banyak poster filmnya yang ditempel di
dinding. Si bapak tua penjaga hostel
rupanya hanya bisa berbahasa mandarin, tidak bisa berbahasa Inggris. Ketika
kami menunjukkan bukti booking dari e-mail, rupanya tidak ada catatannya dalam
buku si bapak. Entahlah siapa petugas hostel yang berkorespondensi dengan Irfan
di e-mail. Walhasil kami booking kamar on spot. Saya terpaksa nulis tanggal
dengan huruf kanji, supaya bisa dipahami si bapak. Setelah dia paham maksud
saya, akhirnya kami membayar sebesar 450 MOP untuk sewa kamar 2 malam sebesar
400 MOP, dan 50 MOP untuk deposit. Kamar yang diambil isinya 2 bed. Ada wastafel, kipas angin,
dan rupanya dinding kayunya tidak sampai atap, jadi tidak boleh berisik. Toilet
di luar dipakai bersama dengan penghuni hostel lainnya. Ada dispenser minuman,
lumayan untuk refill. Saya perhatikan banyak juga orang asing yang menginap di
sini, jadi pasti not bad-lah, walaupun ada teman yang bilang hostelnya kaya
barak. Well beggar can’t be chooser.
Setelah check in
kami pun mencari makan malam dan WIFI gratisan di sekitar Largo de senado.
Mencari makanan halal di sini agak susah ya, walhasil nyaris kena "jebakan
betmen" beberapa kali.
the famous egg tart |
Keesokan
harinya kami mengunjungi Ruins of St. Paul yang yang merupakan icon dari kota
Macau. Sisa-sisa dari tembok depan berbatu dan tangga besar yang tersisa dari Gereja
St. Paul sisa kebakaran yang melanda universitas dan gereja tersebut,
meninggalkan hanya tembok depan dengan empat baris tiang, lengkap dengan ukiran
dan patung. Karena cuacanya mendung, kurang bagus untuk ambil foto, sehingga
sarapan dulu dengan harapan awan mendung menghilang. Tempat sarapan favorit
kami adalah Seven Eleven, Mcdonald dan KFC. Karena susah cari makanan halal,
murah dan yang sudah buka pagi-pagi. Tak lupa kami menunggu bukanya toko Egg
tart Macau yang terkenal , 10 MOP untuk 2 buah
egg tart. Saatnya mengelilingi icon-icon Macau
yang terkenal lainnya dengan bis umum.
St. Paul Ruin |
@ St. Paul Ruin |
Cuaca yang kian memanas makin membakar kulit muka dan keringat makin bercucuran, namanya juga di pulau. Setelah mengelilingi Jalan sepanjang Senado Square, St. Paul Ruin, Lisboa Casino, Wynn, MGM, Statue of Kunlam, Sands, keluar masuk kasino hanya untuk numpang ngadem dan ke toilet, kami pun segera bergegas menuju satu-satunya masjid yang ada di Macau, karena Irfan mau sholat jum’at. Untuk menghemat waktu, akhirnya naik taksi, karena lokasinya agak jauh dari halte bis terdekat, argo taksinya hampir sama dengan di Jakarta. Sampai masjid yang ternyata kecil dan agak kuno dan jadi satu dengan pemakaman Islam ini, ternyata jamaahnya sedikit sekali, sehingga tidak mungkin diadakan sholat jum’at, yang penting niat ya Pen :).
Macau Giant Panda Pavilion |
KUNLAM STATUE, MACAU |
Selesai makan siang, saatnya bertemu dengan mahluk-mahluk lucu nan imut tapi galak yaitu Panda, di Macau Giant Panda Pavilion. Untuk menonton show panda ini tiketnya sebesar 10 MOP. Show-nya ada tiap jam. Jadi bentuk show-nya itu adalah mengamati 2 ekor panda jantan dan betina yang berada dalam kandang besar dan luas yang terpisah. Kita diberi waktu selama 1 jam untuk mengamati tingkah laku mereka yang benar-benar menggemaskan. Kalau mau lihat panda di Hong Kong juga bisa yaitu di Ocean Park Lantau island, cuma harga tiketnya jauh lebih mahal dari Panda di Macau.
Gondola @ The Venetian hotel |
Tujuan
selanjutnya adalah salah satu hotel dan casino terbesar di Macau,
yaitu The Venetian. Manajemen hotel Venetian sangat pintar dalam menarik
wisatawan datang ke sana, contohnya dengan
dibuatnya jalur rute gondola yang dibuat semirip aslinya dengan di kota Venesia sana.
Bahkan pengayuh gondolanya berinteraksi dengan penumpang gondolanya, dengan cara
bernyanyi ala penyanyi sopran Itali, sambil bertepuk tangan dan mengajak para
penumpang ikutan bernyanyi dan bertepuk tangan. Benar-benar entertain sekali.
Langit-langit hotel yang di cat biru sepeti warna awan dan pencahayaan yang pas
juga membuat kita seperti berada di luar ruangan pada senja hari, padahal di
dalam ruangan. Saat itu ada show seorang wanita kaukasian berbadan kecil, yang
ceritanya hendak merampok brankas kecil, dan tiba-tiba saja dia berhasil
menekuk seluruh tubuhnya untuk masuk ke dalam brankas kecil tersebut, wah
badannya elastis sekali, benar-benar
pertunjukan kelas dunia.
Langit-langit di restoran dalam The Venetian yang tampak seperti berada di luar ruangan |
Menjelang
senja kami kembali ke St. Paul,
sambil mencari makan malam. Saat itu ada sekelompok pria yang membawa alat
music tradisional yang melakukan pertunjukan ala pengamen jalanan. Ternyata
para pemuda tersebut merupakan band yang mengusung music tradisional Mongolia yang
berasal dari Mongol, nama band-nya adalah Nair. Beruntung sekali dapat hiburan
pertunjukan music yang keren dan gratis. Selain musiknya enak didengar, para
pemannya juga ganteng-ganteng. Tentu saja banyak para kaum hawa yang curi-curi ikutan foto bersama, saya juga
tidak ketinggalan, sayang mereka tidak bisa English :p . Mereka menjual CD
music mereka yang dijual seharga 30 MOP. Wajib dibeli untuk souvenir dari Macau nih, tak lupa saya minta TTD dan foto bersama,
siapa tahu dikemudian hari mereka jadi selebritis dunia.
Nair, Mongolian Traditional band |
Keesokan
paginya setelah sarapan dan menghabiskan uang MOP, karena MOP tidak berlaku di Hong Kong. kami menuju terminal penyebrangan feri. Untuk
informasi saja, WNI bisa ke Macau dan Hong Kong tanpa visa, tapi kalau mau ke
Shenzen harus pakai Visa on arrival sebesar RMB 160. Tiket feri Turbo Jet sebesar 115 HKD.
Perjalanan dari Macau – Hong Kong memakan waktu kurang lebih satu jam. Kapal
ferinya lumayan besar, seperti kapal cepat Kartini dari Semarang ke Karimun Jawa. Penumpangnya cukup
penuh. Ombak cukup besar, namun tak terasa ketika feri berjalan. Sampai Hong
Kong kita melewati imigrasi karena Macau dan Hong Kong
itu beda negara administrasi, masing-masing mengeluarkan visa sendiri-sendiri.
Macau – Hong Kong ini macam Batam – Singapura saja rasanya.
Icon
Hong Kong yang terkenal dengan bangunan – bangunan tinggi yang menjulang di
pinggir laut, tampak jelas ketika feri mulai bersandar di terminal feri Hong Kong. Setiba
di terminal kami segera menuju penginapan Ashoka guest house di Chungking
mansion. Chungking mansion merupakan gedung tua yang terkenal , karena gedung
itu merupakan salah satu tempat transit wisatawan kelas menengah di
penginapannya yang tergolong murah, hingga imiran gelap yang mengais rezeki di sana. Setelah check in
dan mentipkan tas , kami segera menuju stasiun MTR dan membeli kartu Octopus
untuk beli tiket MTR, naik bis dan bisa digunakan di merchant lainnya yang ada
kerjasamanya. Beli kartu sebesar 50 HKD dan deposit 50 HKD, jadi total 100 HKD. Untuk informasi, pengguna XL bisa mendapatkan
layanan BB gratis selama 3 hari pertama. Hujan deras menyambut kedatangan kami
ketika keluar stasiun MTR. Stasiun MTR
di Hong Kong sama saja dengan MRT di Singapura. Tujuan wisata pertama di Hong
Kong adalah Hong Kong Heritage Museum, karena saya ingin menonton opera Cina,
dan tiket nonton termurah ada di sana,
yaitu sebesar 10 HKD. Dalam perjalanan menuju ke sana, saat di MMTR, tak
sengaja saya nyaris menduduki jilbab panjang seorang mbak-mbak, yang ternyata
berasal dari Indonesia, mbak-mbak ngapak-ngapak ini katanya sudah lama bekerja
di Hong Kong dan sudah lama tidak pulang ke Indonesia. Lalu diapun bertanya
kami hendak ke mana. Ternyata tujuannya searah, jadi dia menyuruh kami untuk
ngikutin dia dan temannya. Dia ngasih info tempat makan yang lumayan murah
yaitu di sekitar masjid dekat Chungking
Mansion. Kami pun turun
duluan. Sebelum ke museum kami mampir ke Snoopy world di Sha Tin, taman
bermainnya cukup besar, namun saat itu sedang tutup.
Snoopy's World |
Hongkong Heritage
Museum ternyata merupakan musium yang
cukup besar dan dikelola dengan sangat baik. Tiket masuknya sebesar 10 HKD atau
sebesar Rp 12,000.-. Tujuan saya mengunjungi museum ini adalah karena ingin
menonton opera Cina, dan setelah di googling, ternyata tiket menonton yang
paling murah adalah di sini. Karena jadwal pertunjukan opera masih 3 jam lagi,
akhirnya kami berkeliling melihat koleksi-koleksi musium. Kecanggihan teknologi
sudah menjadi bagian dari musium ini, semuanya serba digital. Alat peraga yang
digunakan sudah menggunakan touch screen yang canggih, sehingga tampilannya
menjadi lebih menarik dan interaktif, bukan seperti layaknya musium heritage
yang hanya diisi oleh benda-benda kuno bersejarah yang berdebu dan kurang
perawatan. Sepertinya mengunjungi musium sudah menjadi budaya dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Hong Kong, seperti
layaknya berman kartu dan bermain judi. Karena adanya pass untuk menjadi member musium selama setahun dan sebagainya.
Mereka sangat menghargai warisan budaya, sains dan teknologi dari pendahulunya,
dan dijaga supaya dapat dinikmati oleh pewarisnya kelak. Saat itu juga sedang
ada pameran koleksi lukisan Picasso yang diboyong dari Perancis. Sayang harus
membayar agak mahal, sehingga kami urungkan niat. Setelah puas berkeliling
musium kami menunggu sampai opera dimulai. Ruangan menonton opera rupanya sudah
penuh dari beberapa jam sebelum pertunjukan. Saat itu kami menonton bareng
dengan rombongan para lansia. Untung saja masih ada tempat duduk yang tersisa.
Akhirnya opera dimulai dengan alunan music tradisional Cina seperti kecapi cina
dan lain-lain. When in rome do as the romans do, dengarkan musik tradisional
mereka, menonton pertunjukan tradisional mereka, maka kita bisa mengerti dan
menghargai budaya mereka. Belajarlah sampai ke negeri Cina, sehingga bisa
mengerti budaya masyarakat Cina. Walau kami sama sekali tidak mengerti apa isi,
jalan cerita dan bahasa opera Cantonese tersebut, setidaknya kami tidak jatuh
tertidur karena saking lamanya menonton, 3 jam bok ! Saya mengagumi dandanan
dan keindahan semua kostum opera yang digunakan. Kami juga malah menebak-nebak
apakah pemeran utama opera tersebut pria atau wanta, karena aktingnya yang
luwes sekali. Buat saya opera itu merupakan pertunjukan yang menarik. Kenapa
tadi saya bilang bermain kartu sudah jadi budaya dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari, karena ketika kami duduk di
kantin ada 3 orang pemuda yang asyik bermain kartu, dan ketika kami selesai
menonton opera 3 jam kemudian, para pemuda itu masih saja main kartu di mejanya.
Ketika
hendak mencari makan siang yang murah di sekitar masjid dekat Chungking
Mansion, ternyata kami bertemu kembali dengan mbak-mbak pejuang devisa yang
sebelumnya bertemu dengan kami di MTR. Walhasil akhirnya kami pun ditraktir
makan nasi ala Indonesia di
tempat mbak-mbak para pekerja Indonesia
berjualan dan ngeriung di samping masjid. Kata mereka, kita kan
sama-sama orang Indonesia
di perantauan, jadi jangan sungkan kalau ditraktir, aish, jadi speechless.
Terima kasih ya mbak, semoga rezekinya tambah bagus.
Saatnya
menonton pertunjukan laser. Rupanya sudah banyak orang yang berebut spot
terbaik di sepanjang pagar pembatas, untuk menyaksikan pertunjukan gratisan Symphony
of Light, yaitu kolaborasi antara
lampu-lampu, sinar laser dan musik di sepanjang gedung-gedung yang diklaim
sebagai pertunjukan the 'World's Largest Permanent Light
and Sound Show' oleh Guinness World Records , di sepanjang kedua sisi
Victoria harbor di Tsim Sha Tsui. Namun menurut saya pribadi pertunjukan tersebut
kurang didukung oleh sound yang memadai sehingga terasa kurang spektakuler.
Bubar
nonton, kami pun menyusuri jalan sepanjang Avenue of Stars, mencari nama-nama
selebriti dan cap tangannya yang kami kenal. Semakin ke ujung semakin terkenal
selebritinya, seperti Jackie Chan, Bruce Lee , Aaron Kwok dan lain-lain.
Suasananya mirip dengan Clarke Quay di Singapura.
Keesokan harinya kami naik MTR menuju Causeway bay, lalu ke Victoria Park. Yang merupakan taman publik yang dijadikan base camp sebagai tempat berkumpulnya para tenaga kerja wanita di Hong Kong di kala week end. Banyak cerita miring yang kita dengar mengenai kehidupan bebas para pahlawan devisa tersebut, dan ternyata itu benar adanya. Apa yang kami lihat dan kami saksikan benar-benar membuat miris. Banyak pasangan lesbi yang terus terang mempertontonkan kemesraan mereka di depan umum. Padahal mungkin mereka telah bersuami dan punya anak di Indonesia. Kerasnya kehidupan telah menggoyahkan iman mereka. Tapi tidak semuanya begitu. TKW yang kami jumpai sebelumnya di MTR dan akhirnya menraktir kami makan siang, termasuk ke dalam golongan komunitas aktivis masjid. Kehidupan mereka ternyata dibuatkan menjadi film oleh sineas muda Indonesia, yaitu Lola Amaria, dengan judul film “Minggu pagi di Victoria Park”, yang menceritakan tentang kehidupan para tenaga kerja wanita di Hong Kong dengan seluk beluk kisahnya.
Victoria Park |
Kami
sempatkan makan siang dengan menu makanan khas Indonesia
dan mampir di supermarket yang khusus menjual produk-produk Indonesia. Di
sana juga dijual Koran Aura yang cover depannya gosip tentang Audi dan Iko
Uwais, wah TKW juga tetap update dengan berita selebritis Indonesia ya. Saatnya
window shopping, kami pun melipir ke toko IKEA , toko furniture Swedia yang
berada tepat depan supermarket tersebut.
Tujuan
berikutnya adalah Victoria
peak. Dari Victoria park naik trem ke Victoria peak.
http://www.thepeak.com.hk/en/ . Kita naik trem yang memanjat bukit setinggi 373 m, dengan
ketinggian yang miringnya hampir 70 derajat, curam sekali, sehingga
gedung-gedung yang di luar trem, kelihatan miring semua, namun pemandangan ke
luar sangat spektakuler. Ketika sampai puncak bisa melihat seisi kota. Namun sayangnya
saat itu kabut terlalu tebal, sehingga sama sekal tidak bisa lihat apa-apa ke
bawah.
Victoria Peak |
Dari gunung turun ke laut, saatnya kita bermain pasir pantai di Repulse bay. Repulse bay merupakan pantai untuk melihat sunset, yang berpasir kuning dan halus, merupakan pantai favorit warga Hong Kong. Ombaknya yang tenang dan air laut yang biru , sungguh mengundang orang-orang untuk berenang atau sekedar berjemur di sana. Banyak terdapat penginapan dan tempat tinggal mewah di daerah sini, sehingga termasuk daerah eklusif tempat tinggal para borjuis, terutama ekspatriat.
http://www.discoverhongkong.com/eng/attractions/hk-repulse-bay.html
Repulse Bay beach |
It’s shopping time, saatnya berbelanja. Dari pantai naik bis double decker ke Stanley Market. Ini benar-benar kawasan elit, karena sepanjang jalan terdapat perumahan mewah dan mobil-mobil sport seperti mini cooper dan lain-lain. Dari mall sampai pasar Stanley Market, sepanjang jalan kebanyakan ekspatriat asing, dengan anjing piaraannya yang sering keluar masuk salon hewan. Saya tergoda untuk memotret semua anjing-anjing yang kelihatan lucu-lucu itu. Sepanjang pantai terdapat restoran untuk kongkow-kongkow, benar-benar nikmat sekali jalan-jalan sore di sini. Saya membeli beberapa post card di pasar yang juga menjual berbagai souvenir khas Hong Kong, cuma ternyata harganya lebih mahal daripada di Ladies market, karena harganya memang untuk turis bule.
Menjelang
senja kembali pulang ke Tsim Sha Tsui. Rencananya mau menonton film di bioskop
sambil istirahat setelah capek berkeliling seharian. Agenda nonton di bioskop
itu wajib di itinerary saya, karena kebiasaan di setiap negara berbeda-beda.
Contohnya di Thailand, sebelum film diputar, semua penonton harus berdiri
ketika diperdengarkan lagu kebangsaan Thailand, dan diputar kaleidoskop
foto-foto raja Bhumibol di layar bioskop. Namun sayangnya, ternyata tiket
bioskop di Hong Kong mahal sekali, 90 HKD aja
gitu, batal deh acara nonton. Akhirnya putar-putar keliling mall setinggi 14
lantai ini saja.
Esok harinya , kami menuju Lantau
island. Di Lantau island terdapat Ngong Ping 360, Giant Budha, Po Lin Monastery.
Ngong Ping 360 meliputi perjalanan dengan cable car , kurang lebih selama 25
menit, hingga kampung Ngong Ping. Ternyata senin kemarin antrian naik cable car
benar-benar panjang, hampir 2 jam kami berdiri. Mungkin lain kali kalau mau ke sana sudah menyiapkan
bekal, minimal minum, supaya tidak kehausan.
Giant Buddha |
Belum
ke Hong Kong kalau belum ke Giant Buddha yang tampak luar biasa sekali di
dataran tinggi Ngong Ping, di tengah pemandangan gunung spektakuler Lantau
Island.
Pengunjung
harus naik anak tangga sekitar 200 langkah untuk mencapai platform di mana Sang
Buddha duduk. Benar-benar capek rasanya, cuma rasa capek itu terbayar ketika
sampai di atas, karena pemandangannya ke sekeliling kawasan dataran tinggi
Ngong Ping spektakuler sekali.
Di sana juga terdapat biara
Po Lin yang banyak dikunjungi oleh wisatawan terutama umat Buddha.
biara Po Lin |
Tidak
terlalu jauh adalah desa budaya bertema Ping Ngong, dengan bangunan ala
rumah-rumah Cina yang tampak menarik. Kita bisa makan siang di sana dulu baru jalan – jalan mengelilingi
dataran tinggi.
Menjelang
sore kami mampir di Disneyland, hanya untuk berfoto depan papan namanya saja
:p. Tapi MTR yang ke Disneyland temanya serba
Disney, keren euy.
Tadinya
kami mau ke Wetland Park, salah satu taman yang wajib dikunjungi di Hong Kong,
namun karena sudah kesorean, akhirnya
kami putuskan untuk kembali ke Tsim Sha Tsui. Menghabiskan malam terakhir saya di Hong Kong
dengan makan fine dining di Pho 24 sebrang Chunking Mansion (makan enak di
malam terakhir J), lalu kembali ke penginapan dan
beres-beres karena besok pagi-pagi sekali saya harus pulang kembali ke Jakarta
via KL.
Dan
dimulailah drama pesawat delay yang tidak terlupakan. Malamnya saya dibekali
secarik kertas tulisan tangan si Irfan , yaitu rute MTR menuju terminal feri,
dan tempat refund kartu Octopus. Saya sengaja skip sarapan pagi, jadi dari
penginapan jam 06.30 karena pesawat dari Macau
– KL jam 10.45. Dan karena saya orangnya mudah nyasar kalau pergi sendirian,
jadi lebih baik berangkat lebih cepat saja. Sampai terminal feri , nyaris saja
telat, 2 menit sebelum feri jalan, saya baru naik. Sampai Macau jam 9.15. Naik
bis ke bandara, ternyata salah turun pintu bandara, malah turun di dekat
terminal feri, hingga harus berjalan kaki sejauh 20 menit. Tuhkan waktunya mepet bener. Sampai bandara
setelah lewat imigrasi saya sempatkan belanja oleh-oleh khas Macau.
Saatnya boarding, namun ternyata ada pemberitahuan bahwa pesawat delay satu
jam. Okay, kami menunggu dengan sabar. Namun ternyata setelah sejam berlalu,
ada pemberitahuan lagi bahwa spare part pesawat ada yang rusak, dan kami harus
menunggu pesawatnya datang jam 09.00 malam. What the hek, bagaikan kena sambar
petir di siang bolong. Mana petugasnya ngomong bahasa mandarin, saya menunggu
dia alih bahasa ke English. Namun syukurnya saya tidak sendiri. Ada 3 orang calon penumpang lain yang berbicara bahasa Indonesia,
asyik ada temennya, lagsung aja saya deketin. Akhirnya kami berhasil minta
penjelasan dari petugas yang berwenang. Katanya 80 penumpang yang beli tiket
duluan akan diprioritaskan terbang terlebih dahulu, lalu sisanya akan
diberangkatkan dengan pesawat lain keesokan paginya. Sialnya saya nomor urut ke
91, crap ! Sambil harap-harap cemas kami tetap menunggu perkembangan lebih
lanjut. Sialnya lagi karena kami sudah melewati imigrasi, kami tidak bisa
keluar bandara karena pasti bermasalah. Bayangkan saja harus menunggu
penerbangan 10 jam lagi di bandara saja, apalagi kalau ternyata saya harus
terbang keesokan harinya, rasanya sudah seperti Tom Hanks di film The Terminal
saja. Terperangkap di dalam bandara dan tidak bisa keluar karena izinnya
bermasalah. Mana penerbangan dari KL – Jakarta jam 06.00 sore, sudah pasti tiket
saya hangus. Namun setelah konsultasi, katanya pihak airlines bertanggung
jawab, karena ini bukan kesalahan saya, mereka akan ganti tiket saya dengan
penerbangan yang tercepat setelah saya sampai di KL. Setelah luntang lantung di
dalam bandara selama 8 jam, hingga hapal
setiap sudut bandara Macau yang kecil
tersebut, ternyata ada pemberitahuan bahwa semua penumpang akan diberangkatkan
dalam 1 pesawat pada jam 9 malam, Alhamdulillah. Sampai di KL sudah jam 12.30
malam. Teman-teman orang Indonesia yang senasib dengan saya juga ketinggalan
flightnya yang saat kami tiba di LCCT, pesawatnya baru saja mau take off.
Akhirnya kami menginap semalam lagi di LCCT hingga loket Air Asia buka pada jam
03.00 pagi. Syukurnya petugasnya mau mengganti tiket kami yang hangus, bahkan
tempat duduk saya di up grade menjadi Hot seat. Seru sekali pengalaman
traveling kali ini, 1 kali delay dan 1 kali ketinggalan pesawat. Sampai jumpa
di petualangan selanjutnya . #sokiye
- Victoria peak buka dari jam 7 AM- 12 PM , ADMISSION FEE : 40 HKD
- Ngong Ping 360
cable round trip : 125 HKD
- Hong Kong
Heritage Museum admission ticket : HK$ 10
- MTR to Sheung Wan
(tukar Octopus) – cari Turbo jet feri (151 HKD) – Naik bus AP1 ke bandara.
- Macao Giant Panda
Pavilion admission fee : MOP 10
- ASHOKA HOSTEL : 699
HKD (115 HKD/night)
- makanan
recommended di Sevel : mie Wontoon
(halal) sekitar 32 HKD
- Ladies market
sangat recommended untuk membeli barang – barang yang cukup murah dan untuk
beli oleh - oleh
- Dana yang saya
habiskan selama 6 hari di macau dan Hong Kong
kurang lebih sekitar 2 – 2,5 juta rupiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar