Kiki's photo album

Sabtu, 08 Desember 2012

24 jam di Jogja/Yogyakarta/Ngayogyakarta ke mana saja ?



Start jam 7 pagi, kami segera menuju Magelang. Perjalanan Jogja - Magelang sekitar 40 km/ satu jam perjalanan, melewati jalur alternatif, masuk desa keluar desa.


Gunung Merapi


jalan yg tertutup abu vulkanis Merapi


di gunung Merapi
kali aliran lahar dingin Merapi

bekas rumah mbah Maridjan dgn background puncak Merapi tertutup kabut
View gunung Merapi yang sangat cantik dari kejauhan membuat kami akhirnya melipir ke sana sebelum menuju candi Borobudur di Magelang.

view dari Merapi
Terakhir saya ke Merapi ketika Wedhus Gembel makan korban di bunker tempat para relawan melindungi diri dari serangan Wedhus Gembel, dimana saat itu semua tempat tertutup abu vulkanik. Namun saat ini keadaan sudah berubah. Gunung Merapi sudah menjadi desa wisata, di sana sudah banyak disediakan "ojek wisata" yang akan mengantarkan kita keliling desa yang menjadi korban Wedhus Gembel, kuburan massal, rumah mbah Maridjan, hingga kali yang menjadi tempat aliran lahar dingin Merapi, dengan membayar sebesar Rp 20,000.-. Opsi wisata Merapi ada tiga macam, naik ojek motor biasa, motor khusus motorcross hingga mobil hardtop, dengan paket wisata,variasi harga dari Rp 20,000 hingga Rp 200,000. Tergantung waktu yang anda punya. Kalau mau menikmati sunrise dari puncak Merapi, ada juga paket wisatanya, dimana hiking sepanjang 8 KM dimulai dari sore, hingga bisa melihat sunrise keesokan paginya.Untuk mempersingkat waktu kami akhirnya naik ojek biasa , kebetulan supirnya ibu-ibu yang merangkap jadi guide. Kami berkeliling sekitar sejam kurang. Sayang ketika kami mendekat, puncak merapi malah tertutup kabut, tanpa menunggu lebih lama lagi akhirnya kami segera pergi menuju Magelang.

Sepanjang jalan kami melewati perkebunan salak pondoh. katanya kalau lagi panen, harga salak sekilo cuma Rp 2,500 saja !


Candi Borobudur


gunung Sumbing

candi Mendut









Sampai di Magelang , melihat gunung Sumbing dari kejauhan, mampir ke candi Mendut yang sedang dipugar sehingga dari luarnya saja, hingga akhirnya sampailah di komplek candi Borobudur. Tiket masuknya sekarang menjadi Rp 30,000 (lumayan mahal), tapi rupanya peningkatan service dari petugas jaganya juga lumayan baik. Entah karena saya bawa kamera, maka sampai 2 kali ditunjukkan spot foto yang bagus oleh petugas di pintu masuk dan ketika di dalam candi, bahkan pak petugasnya juga pintar motoin. Sekarang semua pengunjung diwajibkan memakai kain batik dengan motif candi Borobudur yang dipinjamkan dengan cuma-cuma, tentunya ini menjadi ciri khas dari candi Borobudur itu sendiri.Candi borobudur yang tadinya tertutup abu vulkanis Merapi kini sudah bersih semua. Benar-benar pekerjaan yang luar biasa untuk membersihkan komplek candi seluas ini.

Resto Jejamuran, Sleman


menu serba jamur

Rasa lapar yang datang menyerang kami tahan hingga sampai resto jejamuran di Sleman. Mendapat rekomendasi dari banyak teman hinga akhirnya kami memutuskan makan siang di sini saja. Restorannya besar dan ramai sekali. Untungnya kami tidak harus mengantri lama. Menu serba jamur yang variatif dari kebun sendiri diolah menjadi berbagai macam menu makanan yang serba enak. Harga menu yang paling mahal pun hanya Rp 15,000.-.Otak-otak jamur, sup jamur, sate jamur semuanya enak. Kami makan berempat hanya membayar Rp 140,000.- saja.


Pantai Indrayanti




Pantai Indrayanti, letaknya 3 jam dari Jogja, tersembunyi dibalik bebatuan gunung Kidul yang membuat kami semua bertanya-tanya , mana lautnya mana ? karena nggak sampai-sampai. Setelah melewati pertigaan pantai Baron dan goa Pindul, rupanya masih jauh juga. Kami datang di musim hujan, tentunya tidak berharap banyak akan bersua dengan sunset yang indah di pantai ini. Akhirnya sampai di pantai menjelang sore, namun masih menikmati senja yang mendung di pantai berpasir coklat nan lembut dan halus.

Pantainya kecil saja, di ujung bibir pantai ada  batu-batu tinggi seperti hidden beach di Bali. Pengunjungnya lumayan ramai, ada beberapa bis wisata sewaan yang ke sini. Menjelang magrib ombak semakin tinggi dan laut pasang, hujan pun turun, kamipun bergegas pergi kembali ke kota.

Bakmi Kadin


bakmi Jawa Kadin

Sampai di kota dengan perut lapar , berharap dapat segera menikmati sepiring bakmi Jawa yang hangat, rupanya harus sabar menunggu. Bakmi Jawa adalah salah satu menu favorit di Jogja. Hampir setiap warung bakmie ramai oleh pengunjung, dan harus sabar mengantri sejam hingga dua jam. Rupanya makan bakmie kadin harus menunggu sejam, karena saking banyaknya antrian. Untungnya ada live music dengan langgam keroncong Jawa yang menemani sepanjang malam, hal unik seperti ini"hanya ada di Jogja". Sepiring bakmie Jawa+suwir ayam kampung+telor seharga Rp 17,000.- dengan porsi yang besar, cukup nikmat di perut. Tapi kalau mau ke sini lebih baik      jangan pas lapar banget deh.


Malam mingguan di Alun-alun Selatan

Ingin merasakan atmosfir malam mingguan di Jogja, kami meluncur ke alun-alun selatan. Alun-alun selatan merupakan pusat keramaian di kota Jogja. letaknya persis di belakang keraton Jogja. Di tengah alun-alun terdapat dua pohon beringin besar yang angker dan terkenal dengan misterinya, katanya barang siapa yang berhasil melewati dua pohon beringin itu maka permintaannya akan segera dikabulkan. Terlepas dari keangkeran pohon beringin, suasana disekitarnya sangat meriah. Banyak odong-odong yang bisa kita kayuh sendiri/ sepeda berhias lampu neon warna-warni, dilengkapi dengan music dan video dari DVD player yang cetar membahana ke seluruh pelosok, disewakan untuk keliling alun-alun bersama teman-teman dan keluarga. Benar-benar hiburan murah meriah untuk rakyat. Kami di sana hanya menikmati segelas wedang ronde di warung lesehan di lapangan alun-alun dan menikmati segala keriuhannya.


Oleh-oleh khas Jogja

Pak driver mengantar kami ke toko bakpia 25 yang terkenal di Jogja untuk membeli oleh-oleh khas Jogja. Lanjut ke toko kaos khas Jogja  (Dagadu maker) di deretan yang sama.


Sewa mobil

Sewa mobil Xenia/Avanza tarifnya 250 ribu/24 jam. Tarif driver 150 ribu/24 jam. Minat ? ping me !


Penginapan





Lebih baik booking penginapan dari jauh-jauh hari, karena tiap weekend Jogja  selalu penuh dengan wisatawan. Banyak penginapan di sekitar Malioboro, silahkan cari yang sesuai budget.

Kamis, 06 Desember 2012

Trip ke kawah gunung Ijen, TN Baluran & Surabaya

Kereta Kertajaya berangkat dari St. Senen tepat pukul 15.30. Anggota rombongan Jakarta adalah Saya , Rimot, Elia dan Endy. Walaupun hawa di dalam kereta sangat panas dan gerah tetapi penumpang yang duduk di depan saya memakai 3 lapis pakaian, kaos, kemeja dan jaket, memakai jeans dan sarung bertumpuk-tumpuk. Bangku di depan saya ternyata banyak menyimpan anak kecoa, karena ketika penghuninya meninggalkan bangkunya, berseliweranlah para anak kecoa tersebut. Saya sibuk membunuh para anak kecoa tak berdosa tersebut menggunakan kipas kertas sebagai senjata mematikan supaya kaki bisa numpang selonjoran di bangkunya.Toilet di kereta ekonomi ini lumayan bersih dan yang jelas tidak berbau pesing seperti toilet alumunium pada umumnya.

Kereta sampai stasiun tepat pukul 5 pagi. Kami para fakir chargeran segera mencari warung terdekat untuk menumpang charge HP dan sarapan nasi rawon sambil menunggu kedatangan teman dari Malang yaitu Dian yang mau ikut trip ini dan driver yang akan mengantarkan kami ke Ijen. Rupanya penampilan driver kami, mas Doni yang rapi jali memakai sepatu pantofel benar-benar kontras dengan kami yang belum mandi. Selesai sarapan kami segera meluncur menuju Situbondo, yang memakan waktu sekitar 7 jam perjalanan, sangat jauh seperti dari Makassar ke Toraja. Perjalanan melewati Sidoarjo, perkampungan di sana bagaikan kota mati akibat lumpur Lapindo. Kami sempat berhenti beberapa kali di tempat makan (wisata kuliner), hingga sampai di sebuah warung makan yang cukup ramai dekat Situbondo , dimana pelayannya memanggil kami dengan "panjenengan". Wah saya sangat terkesan dengan kesopanan pelayannya yang bak priyayi keraton. Makanannya bervariasi, enak, harganya juga murah meriah.

Setelah melewati perkebunan hutan, perkebunan kopi dengan rute yang cukup sulit karena jalan yang jelek, kami sampai di Catimor Homestay menjelang sore.



Catimor Homestay

Homestay ini punya PT Perkebunan Nusantara, berlokasi di ke arah Situbondo, Km 10 pertigaan "Gardu Atak" menuju lokasi Ijen. Penginapannya jadi satu dengan pabrik kopi. Kata guide kami mas Doni, Catimor homestay lebih bagus dibanding yang lain, dan harganya juga sama aja dengan penginapan yang lain, akhirnya kami pilih menginap di sini. Walaupun ada kolam renangnya, tapi karena dingin kami nggak ada yang berani berenang. Tapi rombongan bule-bule di kamar sebelah hanya tertawa dan cuek berenang ketika saya bilang airnya dingin.


 
#Typo











Setelah check in kami diajak mas Doni mengunjungi air terjun yang berjarak kurang lebih 1 km dari penginapan. Rupanya trekking ke air terjun ini adalah pemanasan sebelum hiking sesungguhnya di Ijen, lumayan untuk mengukur kekuatan para anggota rombongan. Air terjunnya kecil saja, nyaris tidak ada yang bisa dilihat di sana selain derasnya arus.

Sayangnya saat itu pakrik kopinya tutup karena hari libur, jadi tidak bisa masuk dan melihat proses pembuatan kopi.

Anggota rombongan yang terakhir datang menyusul dari Jember adala mbak Ratna, tak lupa membawa mie Apong dan tape khas jember sebagai oleh-oleh untuk kami.

Blue Fire & 2,375 mdpl

Walaupun saat itu status Ijen masih Siaga, namun tidak berbahaya, sehingga jalur pendakian untuk umum masih dibuka.Untuk mengejar blue fire dan sunrise di Ijen, kami berenam + driver yang sekaligus jadi guide, harus berangkat jam 1 pagi dari homestay dan mulai nanjak pukul 2 pagi. Pukul 12.30 malam pintu kamar diketuk oleh petugas penginapan untuk membangunkan kami. Setelah bersiap-siap, kami segera meluncur ke Paltuding, pintu masuk gunung Ijen. Setelah mendaftarkan rombongan, kami pun langsung hiking bersenjatakan lampu senter di tengah kegelapan malam. Rupanya pagi itu cukup banyak rombongan yg bareng dengan kami. Karena beberapa anggota rombongan ada yang cukup ngos-ngosan saat hiking, akhirnya kami sempat berhenti beberapa kali dan cukup lama beristirahat. Pendakian yang curam ini sungguh menguras tenaga dan membutuhkan fisik yang prima. Jalur penanjakan sepanjang 3 KM, dengan trek berpasir yang curam, bahkan mencapai kemiringan 45°, memperlambat langkah kami. Beberapa anggota rombongan yang terus berjalan masih bisa mengejar Blue Fire, sedangkan saya yang nungguin teman yang kelelahan malah ketinggalan turun ke kawah untuk lihat Blue Fire. Blue Fire adalah salah satu fenomena alam yang sangat langka, di dunia hanya ada 2 Blue Fire, yaitu di Islandia dan Ijen.

Yang perlu dipersiapkan untuk nanjak Ijen, selain mental dan fisik yang ekstra kuat,yaitu jaket yang tebal dan sarung tangan, karena angin di puncak Ijen sangat dingin, malah telapak tangan saya bengkak kemerahan karena terpaan angin dingin. Walaupun tidak melihat blue fire, kami masih bisa melihat sunrise. Kalau buat orang-orang yang kecepatan nanjaknya pelan lebih baik mulai nanjak pukul 12 malam saja, supaya bisa lihat blue fire dan sunrise sekaligus. Karena teman yang turun ke kawah untuk lihat blue fire tidak bisa melihat sunrise di atas karena waktunya kurang (banyak istirahat karena manjatnya cukup sulit dari kawah ke atas).

Tepat jam 4 pagi kami sampai di puncak. Sudah tidak ada penambang yang jadi guide turun ke kawah untuk melihat blue fire, akhirnya kami nongkrong saja menunggu sunrise di atas.



















Sayangnya saat itu cuacanya berawan, dan kabut tebal menyelimuti kawah belerang, sehingga nyaris tidak bisa melihat danau belerangnya. Para penambang belerang yang memikul keranjang belerang banyak yang menawarkan batu belerang kecil yang sudah dibentuk menjadi berbagai macam figure seperti kura-kura, stalagmit, yang dijual dengan harga seikhlasnya saja (Rp 5,000.- Rp 10,000.-). Lumayan untuk cinderamata dari kawah Ijen. Para penambang belerang itu membawa belerang seberat 90 kg-an. Harga sekilonya dihargai Rp 9,000.- di pos penimbangan di pos 1. Katanya mereka sehari bisa 2 kali naik turun ke kawah. Sungguh hebat para penambang ini, saking hapalnya jalur pendakian bahkan mereka berjalan tanpa penerangan apapun, mungkin juga ngirit batre, karena ketika teman saya yang berjalan duluan tanpa senter, mereka ngikutin bapak penambang yang berjalan tadinya berjalan gelap-
gelapan, kemuadian menyalakan senternya sebentar-sebentar saja hanya untuk menunjukkan jalan kepada kedua teman saya. Blue fire dan aktivitas para penambang yang bertaruh nyawa ini yang menjadi daya tarik utama para wisatawan domestik dan manca negara, terutama wisatawan Prancis.

view gunung Meranti ( depan) dan gunung Raung (  belakang)


Ketika mau turun kembali ke pulang, ternyata view sepanjang jalan tak kalah cantik. Sepanjang perjalanan disuguhi bonus view gunung Meranti (yang paling depan) dan gunung Raung ( yg paling belakang) dari kejauhan. Banyak pohon-pohon buah dan bunga Edelweis (walau tidak sebanyak di bromo) di sepanjang trek. Ternyata rute turun jauh lebih cepat dari pada nanjak, kurang lebih 1 jam perjalanan sudah sampai di pos pendaftaran di pintu masuk Ijen. Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah tanda batas wilayah yang tertanam sepanjang jalur pendakian, yang menunjukka batas antara Bondowoso dan Banyuwangi. Rupanya status gunung Ijen masih menjadi polemik yang berkepanjangan, menjadi perebutan antara dua wilayah.

Selesai beristirahat kami segera kembali ke Catimor untuk packing dan check out.

Taman Nasional Baluran


Perjalanan menuju Baluran sekitar 4 jam dari Ijen. Sampai di Baluran jam 4 sore. Musim kemarau menyebabkan savana dan hutan di taman nasional ini menjadi kering dan tandus, bahkan hutan evergreen yang katanya hijau sepanjang tahun juga kekeringan. Sayangnya kami juga tidak melihat banteng yang menjadi ikon taman nasional ini. Karena menjelang sore kami segera menuju pantai Bama untuk melihat sunset. Pantai Bama sangat kecil. Ada penyewaan kano untuk berkeliling . Sehabis melihat sunset kami segera menuju Surabaya.




Sampai di Surabaya hampir jam 2 pagi, kami menginap di Sparkling backpacker hostel. Tapi saya lebih merekomendasikan homestay Paviliun di pasar genteng karena lebih bersih. Keesokan paginya dua teman saya Delila dan Farida datang ke penginapan untuk nge-guide kami selama keliling Surabaya.

Surabaya Heritage Track






SHT adalah program tur gratis keliling bangunan bersejarah yang ada di kota Surabaya dengan bis wisata yang cantik yang berbentuk seperti trem milik House of Sampoerna. Kalau mau ikut tur ini maka kita harus menelfon dulu ke HOS sebelumnya untuk booking bangku, karena seat yang terbatas.

Rute wisatanya bermacam-macam, tergantung event juga. Waktu tahun lalu karena masih lebaran Cina, maka rute turnya ke kuil-kuil bersejarah dan ke kampung Cina. Sedangkan karena kemarin masih bulan November, masih memperingati hari Pahlawan, maka rute wisata sejarah kali ini adalah ke Gedung Escompto bank, adalah gedung bank mandiri di jalan Kembang Jepun dan Raad van justitite, tugu pahlawan yang sekarang (dulu gedung kehakiman).

Wisata kuliner

Sambel bu Rudi

kalau ke Surabaya jangan lupa membeli sambel bu Rudi, yaitu sambel merah dan hijau yang banyak dicari karena rasanya enak, harganya Rp 12,000.-.Di tokonya dijual berbagai macam makanan , dan juga tempat menjual makanan untuk oleh-oleh. Tahu pong nya juga enak, harganya satu kotak kecil Rp 10,000.- isi 20 buah.

Sate klopo Ondomohen



Saatnya makan siang. Gagal mencari resto bebek yang terdekat, akhirnya melipir ke sate klopo Ondomohen yang terkenal di Surabaya.

Es krim Zangrandi



Bentuk es krim dan restorannya hampir sama dengan es krim Ragusa di Jakarta, karena pendirinya sama-sama orang Itali pada sejak zaman penjajahan Belanda. Menu es krimnya bermacam-macam, dari es krim sate hingga banana split.  Harganya berkisar dari Rp 10,000 -Rp 25,000.-

Untuk informasi, jaringan XL saya mati total selama di Ijen. Telkomsel berjaya di sini.

Tiket Masuk Waterfall Rp 12,000.00 (untuk 6 orang)
Tiket Masuk Ijen Rp 24,000.00 (untuk 6 orang)
Kamar di Catimor homestay double bed  Rp 135,000


ITINERARY



TGL 15 NOVEMBER
15:00Berangkat menuju Surabaya



TGL 16 NOVEMBER 
5:00Tiba di Surabaya
8:00Menuju kawasan Ijen
15:00Tiba di Ijen

* ke penginapan

* explore kawasan Ijen (air terjun)



TGL 17 NOVEMBER
1:00Pos paltuding
2:00Start treking
4:00Sunrise Ijen

* explore kawah 
11:00
Menuju Baluran

Explore Baluran (savanna, sumur goa, evergreen forest,  pantai Bama)
18:00Menuju Surabaya



TGL 18 NOVEMBER
7:00Beberes, check out, explore city tour Surabaya

14:00Pulang menuju Jakarta